JAKARTA. Membaiknya fundamental ekonomi dalam negeri jadi katalis positif bagi reksadana berbasis obligasi di tahun ini. Keuntungan investasi dari reksadana berbasis obligasi pun kian tebal.Tengok saja pergerakan Infovesta Fixed Income Fund Index. Sejak awal tahun hingga 22 Maret, indeks yang menggambarkan kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap ini naik 3,44%. Reksadana pendapatan tetap mencetak kenaikan tertinggi ketimbang reksadana lain.Di periode yang sama, reksadana campuran hanya mencetak
return rata-rata 2,70% dan
return rata-rata reksadana saham sebesar 1,73%.
Wawan Hendrayana,
Senior Research & Investment Analyst Infovesta Utama, bilang, kinerja reksadana pendapatan tetap positif lantaran terbantu keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga 7-
day reverse repo rate di 4,75%. Selain itu, pasar obligasi bergerak positif berkat potensi Indonesia memperoleh peringkat
investment grade dari Standard & Poor's (S&P). Ini membuat risiko obligasi pemerintah semakin tipis dan menarik bagi investor. Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo bilang, kinerja luar biasa reksadana berbasis obligasi ini tergolong di luar ekspektasi. "Aliran dana investor asing yang agresif masuk, rupiah yang stabil, membuat keyakinan investor bertambah, apalagi inflasi rendah dan suku bunga belum berubah," jelas Soni, kemarin (23/3). Wawan memprediksi, reksadana berbasis obligasi, baik pendapatan tetap maupun campuran, akan tetap moncer sepanjang tahun 2017. Rencana kenaikan suku bunga acuan The Fed diperkirakan tidak akan berdampak signifikan pada pasar obligasi. Prediksi Wawan, reksadana berbasis obligasi bisa mendulang
return di kisaran 7%-9% sampai akhir tahun. Tapi, angka ini masih di bawah prediksi
return reksadana saham, yakni sekitar 10%-12%. Presiden Direktur Philip Asset Management Joko Himawan menambahkan, investor asing juga semakin agresif masuk ke surat berharga negara (SBN). Selain karena risiko yang mengecil, obligasi negara juga menawarkan imbal hasil yang tergolong tinggi, ketimbang negara lain di kawasan Asia. Ini membuat kepemilikan reksadana di surat utang negara (SUN) meningkat. Jika di akhir 2016 lalu posisinya masih Rp 73,49 triliun, per 22 Maret 2017 naik jadi Rp 76,57 triliun. "Prospek reksadana obligasi ke depan masih bagus, diperkirakan imbal hasilnya sebesar 8%," kata Joko.
Apalagi reksadana jenis ini juga mendapat dukungan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait kepemilikan SBN oleh industri keuangan non bank (IKNB). Tahun ini, penempatan dana IKNB di SBN minimal mencapai 30%. Tapi, investor perlu mewaspadai sinyal kenaikan suku bunga AS. Soni menilai saat ini faktor suku bunga belum terlalu diperhatikan investor obligasi. "Prospeknya masih cerah, namun tetap perlu mencermati inflasi domestik," ujar Soni. Soni memprediksi, reksadana berbasis obligasi akan mendulang imbal hasil sebesar 8%-9% sampai akhir tahun nanti. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia