KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana pendapatan tetap mencatatkan imbal hasil atau
return tertinggi selama semester I-2023. Performa reksadana pendapatan tetap dipengaruhi oleh tren penguatan aset-aset obligasi. Berdasarkan data Infovesta Kapital Advisori, reksadana pendapatan tetap mencetak
return tertinggi sebesar 3,62% di sepanjang tahun ini alias secara
year to date (YtD) per 27 Juni 2023. Disusul, kinerja reksadana pasar uang yang mencetak
return 1,88% YtD dan reksadana campuran dengan
return sebesar 1,68% YtD. Sementara, reksadana saham terpantau koreksi 0,57% YtD.
President & CEO Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengamati, kinerja reksadana secara keseluruhan dapat dikatakan positif kecuali untuk reksadana berbasis saham. Meskipun terdapat fluktuasi pada beberapa kelas aset, portofolio reksadana memberikan hasil yang baik.
Terdapat beberapa kelas aset yang mengalami pertumbuhan signifikan seperti reksadana berbasis obligasi atau reksadana pendapatan tetap. Namun, perlu dicatat bahwa performa reksadana dapat bervariasi tergantung pada strategi investasi dan alokasi aset yang dilakukan oleh manajer investasi.
Baca Juga: Obligasi Menguat, Reksadana Pendapatan Tetap Catat Kinerja Terbaik pada Semester I Head of Research STAR Asset Management (STAR AM), David Arie Hartono mengatakan, kinerja reksadana selama paruh pertama tahun ini dipimpin oleh jenis pendapatan tetap. Kondisi pasar obligasi di Indonesia saat ini mengalami reli yang diperkirakan masih akan berlanjut karena perekonomian Indonesia stabil yang terlihat dari data Produk Domestik Bruto (PDB), neraca perdagangan berjalan hingga stabilnya nilai tukar. Adanya aliran dana masuk dari asing (
foreign inflow) dalam jumlah besar turut menguatkan pasar surat utang domestik. Jika dibandingkan dengan negara lain, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) memang masih menarik. “Perbankan juga melakukan pembelian terhadap obligasi karena adanya likuiditas yang baik dan tren menurun dari sisi penyaluran kredit, serta besarnya nilai obligasi yang jatuh tempo tahun ini,” ungkap David kepada Kontan.co.id, Senin (3/7). Sementara, David melihat arus dana keluar di pasar saham yang mengalami
foreign outflow sebesar Rp 4.9 triliun selama semester I-2023. Hal tersebut disebabkan oleh pasar saham di Amerika Serikat (AS) yang tercermin dari indeks S&P500 sukses mencatatkan
return 13.25% YtD. Angka itu lebih baik jika dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencatatkan
return negatif dalam periode yang sama. David mencermati pergerakan aset reksadana dalam sebulan terakhir cenderung relatif mendatar (
sideways). Hanya saja, reksadana saham menunjukkan performa
sideways ke arah negatif, jika dibandingkan dengan reksadana pendapatan tetap dan pasar uang. Selama Juni 2023, reksadana campuran mencetak
return tertinggi yakni 0,83%
month on month (MoM). Reksadana pendapatan tetap menghasilkan
return dan reksadana pasar uang masing-masing menghasilkan
return sebesar 0,57% MoM dan 0,29% MoM. Sedangkan, reksadana saham hanya mencetak
return 0,24% MoM. Adapun STAR Stable Income Fund merupakan reksadana kelolaan STAR AM yang paling moncer di bulan Juni lalu dan selama satu semester 2023. STAR Stable Income Fund catatkan kinerja naik 0.57% MoM, dan sekitar 4,07% YtD.
Baca Juga: Kinerja Obligasi Lebih Unggul Dibanding Saham, Simak Racikan Portofolio Berikut Menurut Guntur, secara keseluruhan kinerja kelas aset reksadana selama Juni 2023 masih cukup stabil. Pertumbuhan kinerja dari masing-masing kelas aset reksadana cenderung sideways dalam sebulan terakhir karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi pasar keuangan pada periode tersebut. Salah satunya adalah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global yang dapat menciptakan ketidakstabilan dalam pasar. Selain itu, kebijakan moneter dari bank sentral dan perubahan kondisi makro ekonomi juga dapat berdampak pada kinerja reksadana.
“Penting untuk memahami bahwa pasar keuangan adalah dinamis dan fluktuatif, sehingga pergerakan
sideways dalam jangka waktu tertentu adalah hal yang sangat wajar,” kata Guntur kepada Kontan.co.id, Senin (3/7). Guntur mengungkapkan, reksadana unggulan yang dikelola Pinnacle berkinerja cukup positif selama bulan Juni ataupun dalam paruh pertama tahun ini. Pinnacle Strategic Equity Fund jadi andalan untuk reksadana saham, sementara Pinnacle FTSE Indonesia Index ETF untuk reksadana jenis ETF dan Pinnacle Indonesia Bond Fund untuk kategori reksadana pendapatan tetap. Guntur melihat reksadana pendapatan tetap masih berpotensi mencatatkan kinerja positif untuk semester kedua 2023. Reksadana saham juga masih memiliki potensial upside tetapi memang lebih volatil dan fluktuatif. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi