KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana milik PT Danareksa Investment Management (DIM) sepanjang tahun lalu catatkan pertumbuhan positif melebihi kinerja rata-rata reksadana acuannya. Per akhir tahun lalu secara
year on year (yoy) reksadana saham, produk Danareksa Mawar Konsumer 10 mencetak imbal hasil (return) 15,72%, Danareksa Mawar Fokus 10 di level 14,66%, serta Danareksa Mawar dengan
return mencapai 16,15%. Produk reksadana saham tersebut berkinerja melebihi kinerja Infovesta Equity Fund Index yang sebesar 11,25% di periode yang sama. Direktur Utama Danareksa Investment Management Marsangap P.Tamba mengatakan kinerja reksadana saham perseroan yang positif didukung dengan strategi pemilihan saham yang tepat dengan mempertimbangkan faktor fundamental masing-masing emiten.
"Pemilihan underlying senantiasa disesuaikan pada filosofi investasi. Kami juga mencari instrumen investasi atau emiten yang menawarkan pertumbuhan berkesinambungan, didukung manajemen yang kuat dan fundamental menarik,” ujar Marsangap dalam rilis Rabu (7/3). Produk reksadana penapatan tetap milik DIM juga menorehkan kinerja cemerlang. Produk reksadana penapatan tetap DIM yakni Danareksa Melati Pendapatan Tetap Utama mencetak
return 14,41% dan Danareksa Gebyar Indonesia II sebesar 14,90%. Kinerja reksadana tersebut melebihi rata-rata kinerja Infovesta Fixed Income Fund Index yang sebesar 10,72%. Tak ketinggalan, reksadana pasar uang milik DIM seperti Danareksa Seruni Pasar Uang II mencatat return 5,34% di atas kinerja Infovesta Money Market Fund Index 4,48%. Adapun Reksa Dana Campuran DIM mencetak return sebesar 11,93% untuk Danareksa Anggrek Fleksibel dan 9,62% untuk Danareksa Syariah Berimbang, di atas Infovesta Balance Fund Index yang sebesar 9,52%. Tak hanya itu, dua Reksadana penyertaan terbatas (RDPT) dan satu Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) yang DIM luncurkan pada tahun lalu mampu mendorong dana kelolaan DIM tumbuh 45% menjadi Rp 27 triliun per akhir tahun lalu. Marsangap memproyeksikan industri reksadana bisa tumbuh lebih terbuka didukung makro ekonomi Indonesia yang bagus di 2017. Beberapa indikator makroekonomi seperti pertumbuhan ekonomi Indonesia, stabilitas laju inflasi dan cadangan devisa, serta stimulus dan program infrastruktur Pemerintah dapat menjadi faktor pendukung pertimbangan tingkat
confidence yang lebih kuat bagi investor. Di satu sisi, kondisi global diperkirakan lebih kondusif, meskipun demikian Indonesia tetap perlu mewaspadai dampak dari berbagai faktor ketidakpastian ekonomi global misalnya potensi normalisasi kebijakan moneter negara maju.
Untuk menjaga ekonomi nasional tetap tumbuh positif di masa mendatang, diharapkan Indonesia mampu untuk mengelola setiap potensi risiko baik dari nasional, regional, maupun global. “Beberapa faktor tersebut akan mendorong pertumbuhan seluruh instrumen investasi baik dari sisi jumlah dan varian produk hingga ekspektasi imbal hasil masing-masing produk yang ditawarkan kepada investor,” kata Marsangap. Marsangap menjelaskan, untuk tahun ini sektor yang menjadi primadona adalah sektor pertambangan, konstruksi dan industri dasar. Ini berbeda dari tahun 2017 yang lebih banyak digerakkan sektor perbankan, konsumer dan otomotif. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi