JAKARTA. Kinerja reksadana saham semakin moncer. Ini tercermin dari data terbaru kinerja reksadana saham per akhir Juli lalu. Mengutip data Infovesta Utama, selama Juli 2011, tingkat imbal hasil alias return reksadana saham yang beredar di pasar mencapai 6,79%. Besaran imbal hasil tersebut melampaui pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia yang sebesar 6,23% sepanjang bulan lalu. Imbal hasil yang tinggi di bulan Juli meningkatkan rata-rata gain reksadana saham selama tujuh bulan pertama di tahun ini menjadi 8,57%. Memang, gain reksadana saham year-to-date masih di bawah peningkatan IHSG sepanjang Januari-Juli 2011 yang mencapai 11,54%.
Dari 79 reksadana saham yang beredar di pasar saat ini, sebanyak 15 membukukan imbal hasil di atas kinerja IHSG. Jawaranya adalah Makinta Mantap dengan return hingga 33,48% sepanjang tahun ini. Selama Juli saja, gain produk tersebut dalam kalkulasi Infovesta Utama mencapai 16,59%. Makinta mengalahkan reksadana saham terbitan Panin Sekuritas, yakni Panin Dana Bersama yang membukukan return hingga 21,28% sepanjang Januari-Juli 2011. Winston S.A. Sual, Direktur Panin Sekuritas, menuturkan, capaian kinerja reksadana saham racikannya banyak dipengaruhi oleh strategi pengocokan portofolio saham. Panin banyak memutar dana kelolaannya di saham-saham konsumer dan perbankan yang kinerjanya memang tengah molek. Realisasi keuntungan Edbert Suryajaya, analis riset Infovesta Utama, menuturkan, reksadana saham masih akan menjadi primadona investasi hingga akhir tahun ini. Asumsinya, IHSG yang menjadi underlying investasi masih berpotensi menapak naik hingga ke level 4.200-4.300. Senin lalu (1/8), IHSG sudah berhasil menembus rekor tertingginya sepanjang sejarah di posisi 4.193,44. Kendati kemarin IHSG sedikit terkoreksi, namun di kuartal tiga ini banyak sentimen positif yang bakal menyetir arah bursa. "Banyak laporan keuangan yang positif bulan-bulan mendatang sehingga harga saham akan naik, IHSG juga masih akan naik jauh lebih tinggi," papar dia.
Norico Gaman, Kepala Riset BNI Securities, malah memrediksi IHSG akhir tahun ini bisa menembus 4.450. Ini bakal menjadi bahan bakar ampuh kenaikan kinerja reksadana saham. Namun, hal itu juga bergantung pada kelihaian manajer investasi (MI) dalam memutar dana di
underlying reksadana saham. "Jika pilihan sahamnya bagus dan tumbuh lebih tinggi dari IHSG, tentu saja return-nya lebih bagus," tandas Norico. Andreas M. Gunawidjaja, Direktur Mandiri Manajemen Investasi, menambahkan, MI pada prinsipnya menerapkan strategi baku dalam memutar dana kelolaannya. Mandiri misalnya, selalu menerapkan analisa fundamental untuk mencari emiten yang sehat. "Sedangkan analisa teknikal kami manfaatkan untuk mencari waktu yang tepat dalam melakukan aksi jual atau beli di saham yang bersangkutan," jelasnya. Namun, para investor harus tetap jeli mencermati pergerakan pasar. Rudiyanto, analis Infovesta Utama, menuturkan,
price earning ratio IHSG saat ini sudah di kisaran 20 kali. "Jika sudah naik hingga 21 kali-22 kali, ada potensi bubble," kata dia. Dus, ada baiknya investor
profit taking apabila target keuntungan sudah tercapai. Ini untuk menghindari kerugian. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Edy Can