KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan Juni menjadi periode yang kurang baik bagi kinerja reksadana berbasis saham. Adapun, IHSG mengalami pelemahan sebesar 3,32% pada bulan Juni kemarin. Alhasil, reksadana berbasis saham pun kinerjanya mengalami tekanan. Hal ini terlihat dari kinerja reksadana saham yang tercermin dari Infovesta 90 Equity Fund Index yang melemah 5,09% pada bulan Juni. Sementara itu, kinerja reksadana campuran yang diukur menggunakan Infovesta 90 Balanced Fund Index juga telah terkoreksi 2,53%. Jika dilihat sepanjang semester I-2022, reksadana saham berkinerja flat 0,03% dan reksadana campuran 0,85%.
Lalu, kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin dari Infovesta 90 Fixed Income Fund Index sepanjang Juni berhasil menguat 0,20%. Namun, sepanjang enam bulan pertama, kinerjanya masih tertekan 0,29%.
Baca Juga: Pasar Keuangan Positif, Seluruh Jenis Reksadana Berkinerja Apik Sepekan Terakhir Sementara reksadana pasar uang yang kinerjanya diukur menggunakan Infovesta 90 Money Market Fund Index menguat 0,21% sepanjang bulan Juni. Adapun, kinerjanya sudah menguat 1,34% pada paruh pertama tahun ini. Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, sentimen di bulan Juni memang kurang baik bagi pasar keuangan. Mulai dari The Fed yang menaikkan suku bunga sebesar 75 bps yang diiring dengan kekhawatiran resesi, hingga Bank Indonesia yang memutuskan untuk belum menaikkan suku bunga acuan. Menurutnya, hal tersebut berpotensi membuat inflasi akan semakin meningkat di mana hal tersebut sudah terlihat dari inflasi bulan Juni yang lebih tinggi dari perkiraan yakni sebesar 4,35%. Diiringi dengan harga komoditas yang relatif tinggi, bisa saja memperlambat pemulihan ekonomi di Indonesia. Hal tersebut pada akhirnya menekan IHSG sepanjang Juni. Lebih lanjut, ia bilang saham GOTO pada Juni bergerak signifikan di mana banyak reksadana saham yang tidak memiliki sahamnya di dalam portofolio karena pertimbangan fundamental. Di saat bersamaan, sektor-sektor utama yang jadi penopang portofolio reksadana saham kinerjanya tertekan. “Jadi ini yang membuat kinerja reksadana saham tertinggal dari IHSG karena eksposur ke sektor teknologi yang kecil,” katanya kepada Kontan.co.id, Jumat (1/7). Namun, ia melihat outlook kinerja reksadana pada kuartal III-2022 akan jauh lebih baik. Pertama, akan ada rilis laporan kinerja emiten kuartal I-2022 yang diekspektasikan akan tumbuh positif. Hal ini diharapkan bisa meningkatkan kepercayaan investor dan kembali meramaikan pasar saham.
Baca Juga: BNP Paribas Melihat Investasi Indonesia Tetap Positif ke Depannya Tapi, tingginya inflasi bulan Juni akan meninggalkan pertanyaan besar bagi pelaku pasar apakah BI akan menaikkan suku bunga atau tidak. Selain itu, ada juga kekhawatiran kasus Covid-19 yang mulai naik kembali.
Jika BI masih belum menaikkan suku bunga dan memilih metode lain, lalu kasus Covid-19 bisa terkendali dan tidak ada PPKM, maka bisa memberikan katalis positif untuk reksadana saham. Sementara untuk kinerja reksadana pendapatan tetap akan mendapatkan katalis positif seiring dengan masuknya kupon. Menurutnya, ini akan membuat kinerja reksadana pendapatan tetap bisa di area positif. “Sementara pasar uang, akan tetap positif kinerjanya, terlebih ketika ada kenaikan suku bunga yang semakin menguntungkan kinerja RDPU,” tutup Wawan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari