Reksadana Saham dan Pendapatan Tetap Mendominasi Dana Kelolaan MAMI di Februari 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana saham dan pendapatan tetap memberikan kontribusi terbesar terhadap dana kelolaan alias asset under management (AUM) Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI).

Director & Chief Investment Officer Fixed Income MAMI Ezra Nazula mengatakan, AUM reksadana MAMI mencapai Rp 45 triliun per akhir Februari 2023. “Sumbangan terbesar kami masih dari reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Rabu (5/4).

Ezra mengatakan, Local Sovereign Bond (BINDO Index) mencatatkan kinerja yang baik di kuartal pertama 2023, dengan kenaikan 2,36%. Sementara, kinerja IHSG di kuartal I 2023 tercatat minus, yaitu 0,66%.


Menurut Ezra, sentimen kinerja obligasi Indonesia didorong oleh sikap Bank Indonesia (BI) yang mengindikasikan suku bunga sudah mencapai puncak.

Baca Juga: Reksadana Saham Schroders Catat Kinerja Positif di Kuarta I 2023, Ini Faktornya

Selain itu, investor asing kembali masuk ke pasar obligasi Indonesia seiring dengan ekspektasi The Fed sudah mendekati puncak suku bunga.

“Sementara, volatilitas pasar global terkait arah kebijakan suku bunga The Fed dan kekhawatiran di perbankan AS sempat menekan kinerja pasar saham menjadi sentimen negatif bagi pasar saham,” papar dia.

Ezra memaparkan, MAMI memiliki proses investasi yang sistematis didukung oleh tenaga kerja investasi profesional yang berpengalaman di industri.

“Pendekatan investasi kami berdasarkan riset mendalam dan manajemen risiko yang ketat untuk membentuk portofolio dengan profil risk-return yang optimal,” papar Ezra.

Baca Juga: Kinerja Reksadana Batavia Saham Bertumbuh Saat IHSG Turun di Kuartal Pertama 2023

Menurut Ezra, reksadana pendapatan tetap memiliki potensi menarik di tahun 2023, karena didukung oleh siklus kenaikan suku bunga global yang sudah mendekati puncak.

“Kondisi suku bunga yang stabil dapat menjadi katalis bagi pasar obligasi,” ungkapnya.

Sementara, reksadana saham berpotensi naik apabila terdapat perbaikan selera investasi pasar. Kondisi yang dapat mendukung pasar saham adalah apabila The Fed sudah selesai menaikkan suku bunga.

“Pelemahan nilai tukar dolar AS juga dapat mendorong minat investasi ke kawasan negara berkembang, termasuk ke Indonesia,” pungkas Ezra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati