Reksadana saham kembali jadi jawara



JAKARTA. Investor reksadana saham boleh merasa girang. Reksadana saham sukses mencetak kinerja yang oke Oktober lalu. Mengacu data Infovesta Utama, rata-rata return reksadana saham mencapai 0,22% di Oktober 2016.

Imbal hasil reksadana saham ini melampaui performa reksadana jenis lainnya (lihat tabel). Bila dihitung sejak awal tahun, reksadana saham mencetak imbal hasil 12,81%.

Direktur Riset & Investasi Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengungkapkan, pertumbuhan imbal hasil reksadana saham disokong oleh kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang Oktober yang mencapai 1,08%.


Kenaikan di pasar saham didukung ekspektasi melesatnya harga minyak dunia. Hal ini berpengaruh positif pada harga komoditas lainnya, terutama batubara. Tambah lagi, harga batubara memang tengah melesat akibat berkurangnya produksi global.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto berpendapat, kinerja ciamik reksadana saham juga berasal dari keberhasilan program pengampunan pajak (tax amnesty). "Keberhasilan program amnesti pajak periode satu lalu memberi katalis positif pada saham," tukasnya.

Berbagai sentimen positif tadi mampu mengurangi tekanan dari sentimen negatif dari pasar global sepanjang Oktober. Sekadar mengingatkan, sebulan terakhir pelaku pasar cenderung wait and see, menjelang pemilihan umum presiden Amerika Serikat (AS) 8 November.

Selain itu ada rencana kenaikan suku bunga The Fed serta kekhawatiran terjadinya krisis keuangan akibat denda yang menimpa Deutsche Bank. Seperti diketahui, bank asal Jerman ini dijatuhi denda sebesar US$ 14 miliar oleh pemerintah AS. Muncul isu Deutsche Bank berpotensi tidak bisa membayar denda.

Senior Research Analyst pasardana.id Beben Feri Wibowo sepakat, IHSG cenderung sideways sepanjang Oktober. Pelaku pasar, khususnya investor asing, bersikap konservatif sembari menanti data-data ekonomi dalam negeri. "Seperti laporan keuangan emiten dan tentu yang ditunggu-tunggu data pertumbuhan ekonomi dalam negeri kuartal III-2016," papar dia.

Terus naik

Beben memprediksi, sepanjang tahun ini, reksadana saham bakal menghimpun return 14%-17%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2016 yang diestimasi mencapai 5% akan jadi pendorong, ditambah aksi pemerintah menggiatkan proyek infrastruktur jelang akhir 2016.

Beben optimistis, faktor tersebut dapat mengompensasi sentimen negatif eksternal yang berpotensi mencuat di pengujung 2016. "Diharapkan faktor tersebut mampu membangun kepercayaan, terutama pada investor asing. dan bisa menjadi penyeimbang sentimen kenaikan suku bunga The Fed di Desember 2016," ungkap dia.

Rudiyanto setuju, imbal hasil reksadana saham berpotensi menggemuk di akhir 2016. Penyebabnya aksi window dressing. Katalis positif bertambah bila revisi Undang-Undang Perpajakan resmi berlaku sehingga dapat menekan beban perusahaan.

"Harga wajar menurut fundamental IHSG di 5.300-5.500, ditambah dengan sentimen bisa 5.800-6.000," tutur Rudi. Sayangnya, fundamental yang mentereng dari dalam negeri masih belum membuat lembaga pemeringkat Standard & Poor's memberikan hadiah peringkat layak investasi bagi Indonesia.

Sementara itu, Soni meramal, di sisa 2016, imbal hasil reksadana saham bisa menggemuk 1%-2% lagi. Ini tergantung realisasi budget pemerintah, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV 2016, serta suksesnya right issue empat BUMN.

Cuma investor tetap perlu waspada. "Hal yang perlu dicermati yakni aksi investor, terutama dari luar negeri, yang merealisasikan keuntungan karena imbal hasil sudah memadai," kata Soni.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie