Reksadana saham masih jagoan



JAKARTA. Tantangan yang dihadapi pasar reksadana di 2013 mendatang bakal semakin besar. Setidaknya itu perkiraan para pelaku industri reksadana menyongsong Tahun Ular versi kalender China. Tensi politik yang memanas jelang pemilihan umum (Pemilu) legislatif dan Presiden di 2014 bakal menjadi salah satu ganjalan.

Michael Tjoajadi, Presiden Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia menduga, situasi politik menjelang pemilu mengakibatkan fluktuasi di pasar modal cukup tinggi. Para pemodal akan lebih berhati-hati sambil mengamati situasi politik di dalam negeri. Ujung-ujungnya ini akan mempengaruhi risiko investasi di pasar reksadana.

Vice President of Investment PT CIMB Principal Asset Management, Fadlul Imamsyah, mengatakan ekspektasi investor terhadap kelancaran proses pemilu akan  menjadi penentu pergerakan pasar. "Jika investor meyakini pemilu akan berjalan lancar, pasar reksadana akan meningkat," kata Fadlul.


Pasar reksadana juga masih akan dihantui oleh kondisi ekonomi global. Permasalahan krisis utang di Uni Eropa tampaknya masih jauh dari kata selesai di tahun depan. Parto Kawito, Direktur PT Infovesta Utama, mengatakan, tekanan inflasi pada tahun depan juga bakal meningkat akibat kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Menghadapi hal itu, suku bunga acuan berpotensi naik dan mengakibatkan kenaikan yield obligasi.

Ini akan mempengaruhi kinerja reksadana, terutama reksadana pendapatan tetap yang menggunakan obligasi sebagai aset dasar (underlying asset). Kenaikan yield obligasi itu bisa berimbas pada penurunan harga obligasi. Sehingga return reksadana pendapatan tetap  diperkirakan menjadi kurang menarik.

Tetap optimistis

Instrumen ini juga akan menghadapi penerapan aturan pemerintah yang menaikkan pajak penghasilan (PPh) atas kupon dan keuntungan investasi obligasi di reksadana dari 5% menjadi 15%. "Aturan kenaikan pajak ini memang baru diberlakukan pada 2014, namun dampaknya akan mulai terasa di tahun depan," kata Parto.

Kendati tantangan yang menanti tidak sedikit, namun pelaku industri reksadana meyakini pasar reksadana masih akan tumbuh. Direktur Utama CIMB Principal Asset Management, Reita Farianti, berpandangan, ketika pasar finansial berfluktuasi ada potensi sebagian investor malah akan menambah porsi investasi di reksadana.

Kemungkinan investor akan  beralih untuk sementara waktu dari reksadana saham ke  reksadana pendapatan tetap atau lainnya. Langkah ini untuk menghindari risiko tinggi di tengah kondisi pasar yang bergejolak. "Namun investor tidak akan keluar dari reksadana," papar Reita.Selain itu, golongan masyarakat menengah ke atas juga akan bertumbuh seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia. Reita memprediksi, rata-rata industri reksadana bisa tumbuh sekitar 15% di 2013.

Dari sisi return, Fadlul memperkirakan, reksadana saham bakal tetap unggul. Reksadana saham bisa memberikan return sekitar 15% hingga 20% per tahun. Angka ini seiring dengan prediksi pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bisa terkerek hingga 20% di tahun 2013. Sedangkan Direktur Panin Asset Management, Ridwan Soetedja, memproyeksikan, reksadana campuran bisa memberi return 15%-17% per tahun.

Reksadana pendapatan tetap diprediksi memberi return 7%-8%. "Ini dengan asumsi BI rate tetap di 5,75%," kata Ridwan. Meski banyak yang masih menjagokan reksadana saham, Direktur Mandiri Manajemen Investasi, Muhammad Hanif, mengingatkan, return investasi reksadana akan optimal apabila investor menempatkan dananya untuk jangka panjang.

Dia menyarankan investor agar berinvestasi sesuai dengan tujuan investasi masing-masing. Ia mencontohkan, untuk reksadana saham, investor akan sulit memperoleh return optimal apabila hanya menempatkan dananya dalam kurun satu tahun. "Investor menyimpan dana di reksadana saham minimal selama lima tahun agar meraih hasil optimal," kata Hanif. 

Rudiyanto, pengamat pasar modal pun menyarankan agar investor lebih terbuka untuk melirik reksadana selain saham di tahun depan. Meski sejumlah analis memprediksi IHSG bisa bullish hingga ke level 5.000 di 2013, namun risikonya pun tentu akan semakin tinggi.  "Reksadana campuran dan pendapatan tetap bisa menjadi pilihan untuk diversifikasi investasi di tahun depan," ujar dia.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini