Reksadana saham masih menjanjikan



JAKARTA. Investasi di pasar saham maupun reksadana berjenis saham masih memberikan potensi keuntungan tertinggi bagi investor. Setidaknya selama kurun waktu 24 tahun terakhir sejak 1989.

Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Direktur PT Mandiri Sekuritas, Abiprayadi Riyanto. Dia bilang, pada 1989 sampai sebelum krisis tahun 2008, terekam bahwa secara siklus, performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpola naik turun. Misal, selama dua tahun performa IHSG menguat, tetapi satu tahun berikutnya terkoreksi dengan pergerakan secara keseluruhan menguat. Namun pasca krisis 2008, pola pergerakan IHSG sendiri mengalami perubahan pola, di mana selama lima tahun terakhir performanya terus menguat. Hal ini memberikan dampak terhadap imbal hasil investor yang berinvestasi di pasar saham dan produk turunannya tercatat positif.

Perubahan pola pergerakan itu, menurut Abiprayadi, karena Indonesia sudah menjadi negara tujuan investasi dari investor di negara lain. "Posisi arus modal investor asing yang cukup besar dalam lima tahun terakhir membuat harga-harga saham mengalami kenaikan. Kalau pun terkoreksi, tidak signifikan dan masih dalam tren menguat secara jangka panjang," ujar Abiprayadi di Gedung BEI, di Jakarta. Alhasil, investasi di pasar saham dan produk turunannya, khususnya reksa ana saham menjadi yang tertinggi dibandingkan produk investasi lainnya. Abi menyebutkan, jika dilakukan dengan horizon investasi jangka panjang, tingkat imbal hasil produk reksadana saham setiap tahunnya selama 17 tahun terakhir mampu menghasilkan keuntungan 25 kali lipat dari modalnya. Abiprayadi tak asal bicara. Pasalnya, fakta itu berdasarkan pengalaman pribadinya yang telah berinvestasi di produk reksadana saham sejak tahun 1996 silam. Beda halnya jika dibandingkan dengan produk investasi reksa dana jenis lainnya, seperti reksadana dengan aset dasar obligasi. Alasannya, meski tingkat imbal hasil produk reksadana beraset dasar surat utang lebih pasti didapatkan oleh investor. Namun, keuntungannya tergerus oleh kenaikan inflasi setiap tahunnya.


Oleh karena itu, ia menyarankan kepada investor untuk berinvestasi di pasar saham maupun reksadana saham dalam beberapa tahun ke depan, khususnya dengan horizon investasi jangka panjang. "Perlu diingat bagi investor bahwa sebelum memutuskan berinvestasi di pasar saham dan produk turunannya, sebaiknya investor lebih memperhatikan faktor fundamental dan teknikal dari setiap saham dan produk investasi yang akan dipilihnya," saran Abiprayadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan