Reksadana saham berdenominasi dollar AS semakin menggiurkan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana saham berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) masih menjanjikan sampai tahun depan. Hingga akhir tahun ini, pertumbuhannya telah memberikan sinyal positif.

Berdasarkan data PT Infovesta Utama, jumlah Asset Under Management (AUM) atau dana kelolaan reksadana berdenominasi dollar AS naik sekitar US$ 1,98 miliar atau tumbuh 1% secara month on month (mom) di periode November 2018.

Sedangkan dana kelolaan reksadana saham dollar AS tumbuh 0,94% menjadi US$ 839,53 miliar pada November, dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 831,63 miliar.


Pada bulan sebelumnya AUM reksadana ini mencapai US$ 1,96 miliar. Sementara itu, sampai tutup tahun diproyeksikan akan berada di level US$ 2 miliar. “Kira-kira pertumbuhannnya cukup pesat terdorong oleh reksadana berdenominasi dollar AS sektor syariah,” kata Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana kepada Kontan.co.id, Rabu (26/12).

Selain itu kinerja saham di Asia Pasifik dan AS menunjukkan kinerja yang positif. Ia memprediksi tahun depan return-nya bisa mancapai 5%-10%. Menurutnya yang menjadi tolok ukurnya dalam reksadana saham ini adalah bagaimana tren indeks saham di Asia Pasifik dan AS. Kemudian pengaruh keputusan The Fed dalam menentukan kenaikan suku bunga tahun depan.

"Investor tetap fokus pada kinerja aset reksadana saham denominasi dollar AS karena umumnya investor reksadana ini membutuhkan dollar AS sehingga nilai tukar rupiah bukan menjadi faktor utama dalam meningkatkan AUM reksadana saham dollar AS," kata Wawan.

Sentimen juga datang dari dalam negeri. Tahun depan yang merupakan ajang politik menjadi penentuan pergerakan saham. “Kalau berjalan damai maka dana asing dari investor akan masuk,” katanya, Senin (24/12).

Reksadana jenis ini pada dasarnya terbagi menjadi dua. Pertama berbasis onshore yang transaksinya berkutat di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Kedua berbasis offshore di mana transaksi bisnisnya dilakukan di indeks saham global. Menurut Wawan keduanya memiliki risiko sendiri. Reksadana berdenominasi dollar AS lewat onshore berisiko terhadap fluktuasi rupiah. Sedangkan offshore tergantung indeks dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .