JAKARTA. Harga Surat Berharga Negara (SBN) yang cukup tinggi mengurangi daya tarik surat utang pemerintah. Itu termasuk alasan sebagian manajer investasi (MI) mengutak-atik strategi penerbitan produk barunya. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI), misalnya, berniat mengurangi penerbitan reksadana yang menggunakan obligasi sebagai aset dasar, seperti reksadana terproteksi. Direktur Mandiri Manajemen Investasi, Andreas Gunawidjaja, mengatakan, MMI kini memperbanyak penerbitan reksadana berbasis ekuitas. Menurut dia, return reksadana terproteksi sudah tidak menarik. Tahun lalu, return reksadana beraset dasar obligasi bisa mencapai 7%. Namun kini, rata-rata return yang dihasilkan sekitar 6%. Karena itu, reksadana terproteksi milik MMI, yang jatuh tempo di tahun ini tidak akan diganti dengan produk baru.
Reksadana terproteksi turun pamor
JAKARTA. Harga Surat Berharga Negara (SBN) yang cukup tinggi mengurangi daya tarik surat utang pemerintah. Itu termasuk alasan sebagian manajer investasi (MI) mengutak-atik strategi penerbitan produk barunya. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI), misalnya, berniat mengurangi penerbitan reksadana yang menggunakan obligasi sebagai aset dasar, seperti reksadana terproteksi. Direktur Mandiri Manajemen Investasi, Andreas Gunawidjaja, mengatakan, MMI kini memperbanyak penerbitan reksadana berbasis ekuitas. Menurut dia, return reksadana terproteksi sudah tidak menarik. Tahun lalu, return reksadana beraset dasar obligasi bisa mencapai 7%. Namun kini, rata-rata return yang dihasilkan sekitar 6%. Karena itu, reksadana terproteksi milik MMI, yang jatuh tempo di tahun ini tidak akan diganti dengan produk baru.