Reku Optimistis Transaksi Kripto Capai Rp 1000 Triliun, Ini Pendorongnya



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Platform perdagangan kripto, Reku optimistis transaksi kripto akan terus meningkat khususnya didukung oleh minat generasi Z dan milenial.

Regulasi yang lebih mendukung keamanan dan kenyaman juga akan memperluas adopsi kripto di tanah air.

Optimisme Reku sejalan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang memperkirakan nilai transaksi investasi kripto di Indonesia akan mencapai Rp1.000 triliun, atau meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan nilai transaksi pada awal tahun 2024 yakni Rp301,75 triliun.


Baca Juga: Aset Kripto Semakin Diminati, Reku Catat 1 Juta Investor

Ini menggambarkan keyakinan OJK terhadap masa depan industri kripto di Indonesia.

Chief Compliance Officer (CCO) Reku, Robby mengatakan, target peningkatan transaksi kripto itu sangat memungkinkan untuk tercapai. Hal tersebut karena melihat jumlah investor kripto yang terus bertambah dari waktu ke waktu.

Adopsi aset kripto di Indonesia konsisten meningkat setiap bulannya, mencapai 20,24 juta investor pada Juni 2024 lalu. Bahkan, saat ini jumlah investor kripto juga dapat bersaing dengan investor saham, instrumen yang hadir jauh lebih lama dari aset kripto.

Robby menilai, pertumbuhan positif jumlah investor ini salah satunya didorong oleh sejumlah golongan seperti Gen Z dan millenials.

Baca Juga: Bitcoin dan Ethereum Sulit Tancap Gas, Timing Beli atau Wait and See?

Mayoritas investor kripto didominasi oleh generasi muda, sebab aset kripto menawarkan kemudahan akses, transparansi, dan fleksibilitas.

“Pengalaman ini yang sukar ditemukan pada instrumen investasi lainnya. Kemudian, aset kripto juga dapat dimanfaatkan oleh seluruh jenis investor, baik jangka pendek dan panjang,” jelas Robby dalam siaran pers, Rabu (28/8).

Robby mengungkapkan, golongan Gen Z dan milenial juga menempati salah satu porsi terbesar pengguna Reku. Dengan lebih dari 60% pengguna Reku merupakan generasi millenial dan Gen Z, semakin menunjukkan besarnya ketertarikan dan partisipasi generasi ini terhadap aset kripto.

Selain adopsi Gen Z dan milenial, regulasi turut menjadi faktor yang berpotensi mendorong transaksi kripto.

Regulasi aset kripto di Indonesia dapat dikatakan sudah lengkap, dengan dukungan Bursa Kripto, Kliring, Kustodian dan Bappebti yang berperan dalam melindungi keamanan investor.

Baca Juga: Optimisme Pelaku Kripto Turun Usai The Fed Kembali Tahan Suku Bunga

“Ini bukan hanya membuat investor merasa aman namun juga nyaman berinvestasi. Ke depannya, diharapkan regulasi aset kripto bisa terus berlangsung secara win-win bagi seluruh stakeholders, baik investor, pedagang aset kripto lokal maupun global,” kata Robby yang juga merupakan Ketua Umum Aspakrindo-ABI.

Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan, optimisme terkait peningkatan transaksi kripto di Indonesia turut didorong oleh perkembangan teknologi yang semakin lebih maju.

Proyek-proyek baru yang mengusung inovasi menarik, khususnya terkait infrastruktur teknologi terdesentralisasi, menjadi enabler untuk menciptakan pengalaman baru yang semakin imersif di berbagai sektor di ekosistem terdesentralisasi.

Terpantau tidak sedikit proyek kripto di tahun ini yang telah memperkenalkan fitur-fitur dan pengalaman baru yang semakin beragam dan ramah pengguna, menyediakan pengalaman investasi, hiburan, sosial, yang segar dan berbeda.

“Fokus pengembang aplikasi dan teknologi terdesentralisasi kini telah berada pada aspek kemudahan penggunaan untuk kalangan pengguna yang lebih luas.

Baca Juga: Pasar Kripto di Tanah Air Kian Subur di Separuh Pertama 2024

Keberhasilan upaya-upaya tersebut akan berpotensi menarik minat masyarakat dari kalangan yang lebih luas terhadap teknologi terdesentralisasi serta aset kripto,” imbuh Fahmi.

Fahmi mencermati, sektor Artificial Intelegence (AI), yang saat ini sedang banyak menjadi sorotan jelang rilis laporan laba Nvidia, dengan token seperti FET yang membukukan kenaikan harga lebih dari 50% dalam satu pekan terakhir, menjadi salah satu inisiatif pengembangan teknologi yang sedang banyak diperhatikan oleh investor.

AI berpotensi menjadi katalis yang akan cukup kuat sebab teknologi yang ada dapat diintegrasikan ke berbagai aplikasi dan jaringan blockchain, membuatnya memiliki potensi pasar yang luas.

Manfaat AI dalam kehidupan sehari-hari seperti integrasinya dengan fitur-fitur populer pada smartphone misalnya, membuat sektor ini lebih dekat dan dikenal oleh masyarakat secara umum.

“Sehingga, hal ini membuat sektor AI berpotensi mendapatkan perhatian yang besar,” tambah Fahmi.

Baca Juga: Nilai Transaksi dan Jumlah Investor Kripto di Indonesia Melonjak di Semester I-2024

Dalam beberapa bulan ke belakang, performa sektor AI memang relatif fluktuatif, yang tidak jarang terkorelasi dengan sentimen yang berkembang terkait Nvidia.

Dalam satu pekan terakhir misalnya, sentimen positif terhadap peningkatan laba Nvidia telah membuat AI menjadi naratif dengan performa tertinggi kedua setelah Ordinals.

Fahmi menuturkan, kemajuan teknologi, selain menjanjikan potensi adopsi dan ekosistem produk atau layanan yang semakin menarik dan populer, juga turut menurunkan barrier of entry dan learning curve untuk para pengembang sehingga membuat ekosistem kripto memiliki pilihan yang semakin beragam bagi para pengguna dan investor.

“Perkembangan tersebut merupakan kemajuan yang patut diapresiasi, yang akan membuat pasar kripto semakin demokratis dan terbuka yang besar kemungkinan dapat menarik lebih banyak investor ke pasar kripto ke depannya,” ujar dia.

Baca Juga: Pasar Kripto Belum Respons Positif Melandainya Data Inflasi AS

Reku pun terus memperluas pilihan aset kripto bagi pengguna. Reku rutin menambahkan aset kripto baru di setiap minggunya, yang tetap memprioritaskan faktor keamanan dan fundamental melalui due diligence ketat oleh tim Researcher Reku.

Fahmi menyebutkan, saat ini terdapat hampir 200 aset kripto terdaftar di Reku yang memungkinkan investor untuk diversifikasi dengan bijak.

Reku mendampingi pengguna dengan menyediakan analisa pasar terbaru dan dapat diakses melalui aplikasi maupun website untuk memudahkan dalam mengambil keputusan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto