Relawan: Paling berat melihat pilunya keluarga yang ditinggalkan pasien Covid-19



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bukan perkara mudah menjadi garda terdepan dalam menanggulangi pandemi Covid-19. Banyak suka duka yang dialami oleh para relawan, termasuk relawan tenaga kesehatan (nakes).

Caca, nakes di salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta mengaku, lebih banyak duka yang perlu dia alami ketimbang suka. "Yang paling berat, melihat pilunya tangisan keluarga yang ditinggalkan pasien Covid-19," ungkapnya, Rabu (10/8).

Kondisi tersebut bahkan kerap dia saksikan secara langsung beberapa waktu lalu ketika angka Covid-19 melesat beberapa waktu lalu. Pemandangan pasien yang berbondong-bondong membutuhkan oksigen dia saksikan.


Namun, dirinya tidak bisa berbuat banyak. Sebab, stok oksigen juga sudah terpakai. "Saya merasa kasihan ketika melihat pasien butuh oksigenasi yang lebih advance. Tapi, stok oksigen sudah terpakai semua," terang Caca.

Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, 11 Agustus: Tambah 30.625 kasus baru, selalu jaga jarak

Belum lagi resitensi yang perlu dia hadapi dari sejumlah pihak. Tak jarang, pasien merasa di-covid-kan. Padahal, dia melakukan diagnosa pasien sesuai dengan prosedur melalui lab serta gambaran rontgen jika hasil PCR belum ada.

Caca juga khawatir membawa virus ketika kembali pulang ke rumah. "Apalagi, di rumah ada orang tua," imbuhnya.

Meski begitu, semua beban tersebut terbayar ketika pasien berterima kasih setelah sembuh dari Covid-19. "Semua ini berat, tapi saya menikmati pekerjaan ini," ujar Caca yang juga memiliki latar belakang sebagai dokter.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Selain wajib vaksin, pengunjung pusat perbelanjaan harus punya akun PeduliLindungi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi