Reli Bitcoin Bakal Terwujud Lagi di Bulan Oktober?



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC) berpotensi kembali mengulangi sejarah untuk bangkit pada bulan Oktober. Berbagai sentimen positif mengiringi Bitcoin walau masih diterpa penurunan di akhir periode bulan September.

Berdasarkan data Bitcoin Monthly returns, sejauh ini ada kemungkinan pergerakan harga Bitcoin pada September 2023 akan ditutup di atas level 1% dan jauh dari angka minus seperti bulan Agustus lalu.

Bitcoin (BTC) dalam sepekan terakhir masih melanjutkan fase penurunan. Volatilitas harga bergerak di rentang harga US$ 26.000-US$ 26.500.


Terlepas dari berbagai tantangan, Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur tetap optimistis dengan masa depan Bitcoin. Di mana terdapat beberapa faktor yang dapat mendorong harga kripto tersebut lebih tinggi dalam beberapa bulan mendatang.

Baca Juga: Harga Aset Kripto Diprediksi Kembali Mendaki di Kuartal IV-2023

“Bitcoin sedang memasuki periode musiman yang positif. Selama tiga tahun terakhir, Oktober secara konsisten muncul sebagai bulan dengan kinerja terbaik bagi BTC, dengan musim positif ini sering kali meluas hingga kuartal pertama tahun berikutnya. Namun, perlu diketahui lanskap pasar kripto tahun ini menghadirkan serangkaian tantangan unik," kata Fyqieh dalam siaran pers, Rabu (27/9).

Menurut Fyqieh, sebelum tahun 2022, Bitcoin tidak pernah berada di lingkungan di mana suku bunga bank sentral AS melebihi 2%. Saat ini, suku bunga The Fed telah melampaui 5%, dan bank sentral di seluruh dunia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi karena bergulat dengan tekanan inflasi.

"Lanskap suku bunga yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menimbulkan elemen ketidakpastian, menimbulkan pertanyaan tentang apakah siklus musiman tradisional Bitcoin akan bertahan atau apakah kripto ini akan menunjukkan arah yang berbeda," jelasnya.

Salah satu titik fokus utama yang akan mempengaruhi pergerakan harga Bitcoin pada bulan Oktober adalah keputusan regulator AS mengenai aplikasi BlackRock dan gergasi keuangan lainnya yang mengajukan peluncuran ETF (Exchange-Traded Fund) Bitcoin spot di Amerika Serikat.

Tanggal keputusan ini ditetapkan pada 17 Oktober, namun sebagaimana yang telah terjadi sebelumnya, SEC (Securities and Exchange Commission) kemungkinan masih memutuskan untuk menunda tenggat waktu tersebut selama 45 hari lagi.

“Keputusan SEC akan memiliki dampak signifikan pada arah pergerakan Bitcoin. Jika ETF Bitcoin spot disetujui, ini dapat membuka pintu bagi investor institusional yang lebih besar untuk masuk ke pasar kripto. Namun, jika keputusan ditunda atau ditolak, hal ini bisa menyebabkan ketidakpastian tambahan di pasar,” ujar Fyqieh.

Fyqieh menganalisis, Oktober merupakan bulan yang positif untuk Bitcoin seiring data historis. Saat ini, harga Bitcoin di atas US$ 26.000 atau sekitar Rp 403 juta adalah level yang penting. Dalam jangka pendek, Bitcoin saat ini berada di zona penurunan apabila gagal melewati resistensi US$ 27.500 atau setara Rp 426 juta.

Baca Juga: Akumulasi Bitcoin Masih Berlanjut di Tengah Ketidakpastian Pasar

“Setelah penurunan minggu lalu, BTC sedang berjuang untuk mempertahankan posisinya di atas level dukungan US$ 26.000. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh pasar yang tidak memiliki tren, kurangnya likuiditas, dan sikap apatis dari investor karena belum ada sentimen bullish kuat dalam jangka pendek," kata Fyqieh.

Data historis lainnya menunjukkan bahwa bulan Oktober secara umum memberikan sinyal bullish untuk BTC. Optimisme akan kebangkitan Bitcoin seperti yang terjadi pada Oktober 2019 silam dengan potensi kenaikan 10%. Jika harga BTC mampu naik tinggi seperti itu, maka dapat mendorong Bitcoin kembali ke level US$ 29.200 atau sekitar Rp 453 juta.

Fyqieh menuturkan, tentunya para investor Bitcoin akan berharap sejarah reli Bitcoin di bulan Oktober bakal berlanjut. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa pasar kripto selalu penuh dengan ketidakpastian dan volatilitas.

“Sehingga penting bagi para investor untuk melakukan riset yang cermat dan berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi mereka,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi