NEW YORK. Saham-saham di bursa AS naik. Kondisi ini dipicu oleh industri jasa Amerika yang tumbuh melebihi prediksi analis. Lantas, beredar pula spekulasi kalau the Federal Reserve akan mengikuti upaya Jepang untuk menggairahkan perekonomian. Kemarin malam, Boeing Co, Bank of America, dan DuPont Co melesat lebih dari 3%. Saham-saham ini memimpin kenaikan di Dow Jones Industrial Average. Saham sejumlah bank juga mengalami reli setelah JPMorgan Chase & Co mengatakan laba perusahaan melampaui prediksi analis. Alhasil, pada pukul 16.00 waktu New York, indeks S&P 500 melesat 2,1% yang merupakan lonjakan tertinggi sejak 24 September menjadi 1.160,75. Sementara, indeks Dow Jones naik 1,8% menjadi 10.944,72. Kedua indeks acuan terbang ke level tertinggi sejak Mei. "Investor saat ini merasa lebih nyaman dengan outlook bisnis. Investor memutuskan keluar dari pasar mata uang dan masuk ke investasi lain karena sejumlah pemerintah global berupaya melakukan intervensi mata uangnya," jelas Peter Sorrentino dari Huntington Asset Advisors di Cincinnati.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Reli di bursa AS bikin S&P dan Dow Jones terbang
NEW YORK. Saham-saham di bursa AS naik. Kondisi ini dipicu oleh industri jasa Amerika yang tumbuh melebihi prediksi analis. Lantas, beredar pula spekulasi kalau the Federal Reserve akan mengikuti upaya Jepang untuk menggairahkan perekonomian. Kemarin malam, Boeing Co, Bank of America, dan DuPont Co melesat lebih dari 3%. Saham-saham ini memimpin kenaikan di Dow Jones Industrial Average. Saham sejumlah bank juga mengalami reli setelah JPMorgan Chase & Co mengatakan laba perusahaan melampaui prediksi analis. Alhasil, pada pukul 16.00 waktu New York, indeks S&P 500 melesat 2,1% yang merupakan lonjakan tertinggi sejak 24 September menjadi 1.160,75. Sementara, indeks Dow Jones naik 1,8% menjadi 10.944,72. Kedua indeks acuan terbang ke level tertinggi sejak Mei. "Investor saat ini merasa lebih nyaman dengan outlook bisnis. Investor memutuskan keluar dari pasar mata uang dan masuk ke investasi lain karena sejumlah pemerintah global berupaya melakukan intervensi mata uangnya," jelas Peter Sorrentino dari Huntington Asset Advisors di Cincinnati.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News