KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak ditutup melemah tipis dan menghentikan reli yang sudah terjadi selama beberapa hari. Namun, harga tetap berkutat di dekat level tertinggi sejak 2014 usai kekhawatiran pasar tentang pasokan yang ketat. Kamis (20/1), harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Maret 2022 turun 6 sen menjadi US$ 88,38 per barel. Brent sempat menyentuh level US$ 89,17 pada hari Rabu (19/1), level tertinggi sejak Oktober 2014. Sepanjang tahun 2022, Brent sudah melonjak 13%. Serupa, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2022 turun 6 sen ke US$ 86,90 per barel pada hari terakhir masa berlaku kontrak. WTI pun sudah naik 15% sepanjang tahun ini. Di sisi lain, harga WTI untuk kontrak pengiriman Maret 2022, yang lebih aktif, ditutup di US$ 85,55 per barel, turun 25 sen.
Departemen Energi Amerika Serikat (AS) melaporkan, stok minyak mentah naik 515.000 barel pekan lalu. Sementara persediaan bensin naik 5,9 juta barel, meningkatkan persediaan itu ke level tertinggi dalam setahun. Baca Juga: Harga Minyak Bisa Capai US$ 100 Per Barel dalam Beberapa Bulan Ke depan "Saya tidak berpikir peningkatan pasokan bensin menghentikan sentimen positif bagi minyak. Kami akan membutuhkan penyulingan untuk terus menyempurnakan untuk memenuhi permintaan bensin di musim mengemudi musim panas - itulah salah satu alasan pasar masih didukung meskipun pasokan bensin naik," kata Phil Flynn, Senior Analyst di Price Futures Group. Perdagangan telah didominasi oleh kekhawatiran pasokan, dari masalah jangka pendek seperti penghentian sementara aliran pipa dari Irak-ke-Turki, hingga kekurangan yang konsisten dari anggota OPEC+ dalam mencapai peningkatan pasokan yang ditargetkan. Sementara itu, permintaan tetap stabil, dengan pasokan produk AS, proksi untuk permintaan di konsumen terbesar dunia, mencapai 21,2 juta barel per hari selama empat minggu terakhir, di depan kecepatan pra-pandemi. Kekhawatiran pasokan telah meningkat di minggu ini setelah kebakaran yang sempat menghentikan sementara aliran melalui pipa minyak yang mengalir dari Kirkuk Irak ke pelabuhan Ceyhan di Turki pada hari Selasa (18/1). Kelompok produsen OPEC+ yang terdiri dari OPEC dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia telah memproduksi kurang dari targetnya. International Energy Agency (IEA) memperkirakan bahwa kelompok tersebut memproduksi sekitar 800.000 barel per hari (bph) di bawah target Desember. Baca Juga: Wall Street Kehilangan Tenaga, Nasdaq, S&P 500 dan Dow Jones Terus Melemah