JAKARTA. Setelah reli selama enam hari berturut-turut, harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) tak mampu melanjutkan kenaikan. Pasar mulai khawatir kenaikan harga dapat mengikis permintaan CPO. Apalagi, negara konsumen CPO terbesar, seperti India dirundung masalah pelemahan kurs. Harga CPO untuk pengiriman November 2013 turun 1,45% menjadi RM 2.445 per ton di Bursa Derivatif Malaysia, Kamis (29/8) sampai pukul 16.00 WIB.
Penguatan dollar AS memang sedang membayangi kondisi ekonomi negara berkembang, termasuk India. Mata uang India, yang menjadi konsumen terbesar CPO, telah terperosok dalam. Kurs rupee bahkan sudah jatuh dalam sejak dua dekade terakhir. Dus, jika harga CPO terus meningkat bisa berdampak serius pada biaya impor. Konsekuensinya, para importir harus membayar lebih mahal. Maka itu, "Ada kekhawatiran permintaan akan melambat, karena harga telah naik banyak," kata Donny Khor, Wakil Direktur Berjangka dan Komoditas di RB Investment Bank Bhd., seperti yang dikutip Bloomberg, kemarin. Bahkan jika kondisi ini terus berlangsung, bisa jadi neraca defisit India bisa kian mekar. Tak turun tajam Tak hanya itu, menurut Juni Sutikno, analis Philip Futures Indonesia, dari indikator teknikal, harga CPO juga sedang menurun. "Sebenarnya harga CPO sudah terlampau tinggi. Jika tak mampu menembus level resistance RM 2.500, aksi profit taking patut diwaspadai," kata dia.