Reli Wall Street Berakhir: S&P 500 dan Dow Jones Ditutup Melemah



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup bervariasi dengan dua indeks utama melemah. Sentimen pada bursa saham Amerika Serikat (AS) datang setelah data inflasi AS sesuai perkiraan, menggarisbawahi ekspektasi Federal Reserve dapat menghentikan pengetatan moneternya.

Kamis (31/8), indeks S&P 500 ditutup turun 0,16% ke 4.507,66, indeks Dow Jones Industrial Average juga melemah 0,48% menjadi 34.721,91 dan indeks Nasdaq Composite yang menguat 0,11% ke 14.034,97.

Dengan posisi ini, tiga indeks utama mencatat pelemahan di bulan Agustus. Di mana, indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat penurunan bulanan pertama sejak Februari.


Untuk bulan ini, S&P 500 turun 1,8%, Dow turun 2,4% dan Nasdaq turun 2,2%.

Dari 11 indeks sektor S&P 500, tujuh di antaranya melemah pada sesi ini. Pelemahan terdalam dipimpin oleh sektor kesehatan yang turun 1,21%. Diikuti oleh penurunan 1,03% pada sektor utilitas.

Baca Juga: Inflasi AS Surut, Wall Street Menguat di Perdagangan Kamis (31/8)

Sementara itu, indeks Nasdaq mencapai level tertinggi dalam lebih dari empat minggu setelah laporan Departemen Perdagangan menunjukkan indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang dianggap sebagai ukuran inflasi pilihan bank sentral, naik 3,3% pada bulan Juli secara tahunan, sejalan dengan ekspektasi.

Tidak termasuk komponen pangan dan energi yang mudah berubah, indeks harga inti PCE naik 4,2% pada bulan Juli, tahun-ke-tahun, juga sejalan dengan perkiraan.

Ekspektasi para pedagang terhadap jeda kenaikan suku bunga pada pertemuan kebijakan The Fed bulan September tetap pada peluang 88,5%, sementara perkiraan mereka terhadap bank sentral yang mempertahankan suku bunga tidak berubah pada bulan November mencapai 51%, menurut alat FedWatch CME Group.

"Investor yakin The Fed bergantung pada data, dan data mendukung pasar. Semua kenaikan suku bunga ini membuahkan hasil," kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma.

Investor sedang menunggu data non-farm payrolls yang lebih komprehensif yang akan dirilis pada hari Jumat untuk kejelasan lebih lanjut mengenai kemungkinan jalur moneter The Fed.

Imbal hasil US Treasury tenor 10-tahun turun menjadi 4,09%, mengangkat saham-saham dengan pertumbuhan besar seperti Amazon, yang naik 2,2%.

Saham yang paling banyak diperdagangkan di S&P 500 adalah Tesla, dengan nilai transaksi mencapai US$ 27,7 miliar selama sesi tersebut. Saham Tesla pun menguat 0,46%.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Jumat (1/9)

Sejalan, saham Salesforce menguat 3% menyusul perkiraan pendapatan yang optimistis dari penyedia perangkat lunak berbasis cloud karena mendapat manfaat dari kenaikan harga dan permintaan yang kuat.

Klaim pengangguran mingguan untuk pekan yang berakhir 26 Agustus turun menjadi 228.000, dibandingkan dengan perkiraan 235.000 klaim, sehingga mengekang sentimen investor, Departemen Tenaga Kerja mengatakan dalam sebuah laporan.

Data tersebut mengikuti pertumbuhan data gaji swasta yang lebih kecil dari perkiraan pada hari Rabu yang menandakan melemahnya pasar tenaga kerja dan mendorong S&P 500 ke penutupan tertinggi dalam tiga minggu.

Di antara saham-saham lainnya, Dollar General merosot 12% setelah pengecer diskon tersebut memangkas perkiraan penjualan tahunan di toko yang sama. Saham Rival Dollar Tree turun 1,7%.

Data manufaktur China yang suram memukul saham perusahaan China seperti JD.com dan Baidu yang terdaftar di AS, masing-masing turun 2,2% dan 1,6%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari