Reli Wall Street Tertahan, Pejabat The Fed Berusaha Menekan Euforia Penurunan Bunga



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reli Wall Street yang dipicu oleh kemungkinan Federal Reserve beralih ke kebijakan dovish mulai melambat. Indeks blue chip Dow Jones berada di zona merah meski dua indeks utama Wall Street lain masih bertahan.

Rabu (20/12) pukul 22.30 WIB, Dow Jones Industrial Average turun tipis 0,07% ke 37.531. Indeks S&P 500 menguat 0,10% ke 4.773. Sedangkan Nasdaq Composite masih melaju 0,41% ke 15.064.

Tiga indeks utama Wall Street telah menguat lebih dari 2% sejak pertemuan The Fed pada 13 Desember. Pada rapat terakhir The Fed di tahun 2023, para pengambil kebijakan memproyeksikan suku bunga kebijakan yang lebih rendah pada akhir tahun 2024. Indeks Dow mencatat rekor tertinggi baru dan S&P 500 berada dalam jangkauan level penutupan tertinggi sejak Januari 2022.


Sejak itu, para pejabat bank sentral telah berusaha untuk mengendalikan euforia investor. Terbaru, Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan kemajuan lebih lanjut dalam mengendalikan inflasi akan menjadi faktor penentu dalam keputusan bank sentral tahun depan untuk menurunkan suku bunga.

Baca Juga: IHSG Melonjak ke 7.219 Hari Ini (20/12), BBCA, TLKM, BBRI Paling Banyak Net Buy Asing

“Fakta bahwa kita telah memperoleh (keuntungan) yang kuat di pasar secara keseluruhan, memerlukan sedikit jeda,” kata Robert Pavlik, manajer portofolio senior di Dakota Wealth kepada Reuters.

Namun, para pelaku pasar memperkirakan The Fed akan melonggarkan persyaratan kredit lebih dari 125 basis poin pada bulan September tahun depan. Ada peluang 79% bahwa pemotongan pertama setidaknya 25 basis poin dapat dilakukan pada awal Maret 2024, menurut FedWatch dari CME Group.

Namun, beberapa analis menunjukkan bahwa ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga mungkin terlalu agresif.

“Saya tidak berpikir perekonomian akan tergelincir ke titik di mana Anda memerlukan empat atau lima penurunan suku bunga. Kemungkinan besar dua penurunan suku bunga akan terjadi pada tahun 2024 dan kemudian The Fed akan menahan diri setelah itu,” kata Pavlik.

Baca Juga: IHSG Menyentuh Rekor Tertinggi 2023, Intip Prospek Jelang Tutup Tahun

Sementara itu, harga saham FedEx turun 10,1% setelah perusahaan pengiriman global tersebut memangkas perkiraan pendapatan setahun penuh dan melaporkan laba kuartalan yang jauh dari target analis.

Kondisi makroekonomi yang bergejolak, tidak adanya penyetokan ulang di pengecer, dan berkurangnya permintaan dari pelanggan Express terbesar perusahaan, Layanan Pos AS (USPS), memberikan pukulan telak bagi bisnis pengiriman udara FedEx. Hasil ini juga menyeret turun saham pesaingnya, United Parcel Service, sebesar 2,1%.

Sembilan dari 11 sektor teratas S&P 500 mengalami penurunan, meskipun sektor jasa komunikasi bertambah 1,1%, didukung oleh kenaikan pada Alphabet.

Harga saham Alphabet melonjak 2,4% ke level tertingginya dalam dua bulan setelah sebuah laporan mengatakan Google berencana untuk mengatur ulang sebagian besar unit penjualan iklannya yang berjumlah 30.000 orang, mengutip seseorang yang mengetahui situasi tersebut.

Harga saham General Mills tergelincir 2,5% setelah pembuat sereal Cheerios memangkas perkiraan penjualan tahunannya karena melambatnya permintaan untuk produk-produk dengan harga lebih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati