MOMSMONEY.ID - Rematik dan asam urat apakah sama? Simak perbedaan rematik dan asam urat pada ulasan berikut ini, yuk. Dalam dunia medis, istilah rematik dan asam urat sering terdengar, tetapi banyak yang salah kaprah menganggap keduanya sama. Kedua kondisi ini memang berhubungan dengan sendi, namun memiliki penyebab dan pengelolaan yang berbeda.
Mari kita jelajahi perbedaan rematik dan asam urat untuk memahami lebih lanjut. Simak, ya! Perbedaan rematik dan asam urat Melansir dari laman Healthline, rematik atau rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang terutama menyerang sendi. Penyakit ini menyebabkan peradangan kronis yang dapat menyebabkan nyeri, pembengkakan, dan bisa berujung pada erosi tulang serta deformitas sendi. Nyeri bisa berkisar dari ringan hingga berat dan seringkali disertai dengan kekakuan. Rematik bisa menyebabkan sendi menjadi kaku dan biasanya terjadi secara simetris, mempengaruhi sendi yang sama di kedua sisi tubuh. Selain itu, rematik dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan sendi yang mengakibatkan kegoyahan, nyeri kronis, dan sendi yang cacat. RA tidak hanya mempengaruhi sendi, tetapi juga bisa berdampak pada organ lain seperti kulit, mata, dan paru-paru. Baca Juga: Ketahui Manfaat Cuka Apel untuk Asam Urat dan Cara Konsumsinya Asam urat, dikenal juga dengan nama gout, adalah jenis arthritis yang disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di dalam sendi, yang berasal dari metabolisme purin. Tingginya kadar asam urat dalam darah bisa menyebabkan serangan yang sangat menyakitkan, pembengkakan, dan kemerahan pada sendi yang terpengaruh, sering kali diawali pada sendi jempol kaki. Nyeri yang dirasakan bisa sangat intens. Rasa sakit dan pembengkakan biasanya muncul selama episode yang berlangsung 1 hingga 2 minggu. Pada tahap lanjutan, asam urat dapat mempengaruhi sendi lain dan terkadang menyebabkan kerusakan ginjal. Perbedaan penyebab rematik dan asam urat Rematik terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang sel-sel sehat di dalam tubuh. Penyebab pasti dari RA masih belum sepenuhnya dipahami, namun diduga merupakan hasil dari interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Faktor-faktor tambahan yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena rematik antara lain:
- Jenis kelamin perempuan.
- Terpapar asap rokok di masa kanak-kanak.
- Memiliki gen tertentu, termasuk genotipe human leukocyte antigen (HLA) kelas II.
- Perempuan yang belum melahirkan.
- Protein hewani, terutama jeroan.
- Ikan dan kerang.
- Kacang.
- Minuman beralkohol.
- Jenis kelamin laki-laki.
- Riwayat keluarga dengan asam urat.
- Konsumsi alkohol.
- Konsumsi minuman manis.
- Diet tinggi purin dan rendah buah-buahan serta sayuran.
- Adanya kondisi kesehatan tertentu seperti sindrom metabolik, tekanan darah tinggi, penyakit ginjal kronis, dan beberapa jenis kanker.
- Inhibitor xantin oksidase, seperti allopurinol yang mengurangi produksi asam urat.
- Agen urikosurik seperti probenesid yang membantu ginjal mengeluarkan lebih banyak asam urat dari darah.
- Colchicine yang digunakan untuk meredakan rasa sakit selama serangan asam urat dan mencegah peradangan yang diakibatkan oleh pembentukan kristal.