Remdesivir Rp 3 juta memantik kontroversi keampuhan untuk pasien corona, ada apa?



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) siap memasarkan produk remdesivir bernama Covifor di Indonesia. Ini menyusul keluarnya izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kepada Kalbe Farma (KLBF) untuk memasarkan produk remdesivir jenis Covifor.

Izin distribusi BPOM atas Covifor (Remdesivir) Injection berupa otorisasi penggunaan darurat alias emergency use authorization .Ini artinya obat antivirus ini hanya akan didistribusikan kepada rumah sakit saja, tidak ke instansi lain, termasuk tidak dijual di apotek untuk pasar ritel.

Obat antivirus remdesivir akan digunakan untuk pasien corona atau Covid-19. Meski, keampuhan remdesivir dalam mengobati pasien virus corona masih memantik banyak tanya.


Sebab, “Remdesivir merupakan obat antivirus ini untuk mencegah keparahan, bukan membunuh atau memecah envelope virus corona,  bukan pula obat untuk mengobati cytokine storm atau badai radang yang merusak paru,” ujar Dokter Sugeng Ibrahim M.Biomed.

Baca Juga: ​Mengenal Remdesivir, obat potensial virus corona yang dijual Rp 3 juta per dosis

Remdesivir juga sudah tersedia sejak lama, antivirus ini  sudah digunakan untuk mengatasi pandemi ebola beberapa tahun lalu.

Kata Sugeng, remdesivir yang tengah dibicarakan banyak orang saat ini sejatinya juga sudah habis masa patennya. Dengan harga jual di kisaran Rp 3 juta per vial, sejatinya “Obat anti virus ini hanya menghambat repliksi dari virus corona,” kata dokter yang juga Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Unika Soegijapranata kepada KONTAN, (2/10).

Dengan harga obat Rp 3 juta dengan kebutuhan 2 kali sehari, maka seminggu biaya pasien corona dengan obat antivirus remsedivir jenis covifor akan menghabiskan dana Rp 42 juta per minggu.

Remdesivir hingga saat ini masih dalam proses uji klinik dan belum terbukti manfaatnya. Namun, remdesivir ini sudah terlebih dulu digunakan untuk pengobatan pasien Covid-19 di Amerika Serikat.

Food and Drug Administration US (FDA alias BPOMnya AS juga telah mengizinkan penggunaan remdesivir pada pasien dengan gejala sedang dan berat sejak bulan Mei lalu.

Ini lantaran penggunaan antivirus ini dapat mempersingkat waktu pemulihan pasien menjadi rata-rata 11 hari.  Meski begitu, dokter dan peneliti masih mempertanyakan efektivitas obat tersebut.

Di Amerika semisal, tingkat kematian akibat corona tak berkurang signifikan meski menggunakan remdesivir.  Catatan wordometer, per 2 Oktober 2020, tingkat kematian 212.660 orang dari total orang yang positif corona 7.494.671 per pukul 14.13 WIB.

Pada Agustus lalu, FDA menerbitkan izin penggunaan remdesivir untuk pasien rawat inap akibat corona yang tidak membutuhkan bantuan oksigen.

Mengutip Washington Post, 30 September 2020 menyebut,  meski FDA telah memberikan izin penggunaan remdesivir, obat anti virus ini belum terbukti ampuh mengobati corona.

Harga jual yang terlalu mahal juga menjadi soal.Gilead Sciences Inc, produsen remdesivir di AS, membanderol harga remdesivir sebesar US$ 2.340 atau sekitar Rp 33 juta untuk pengobatan selama lima hari.

Itu pula yang membuat beberapa rumah sakit di AS menolak sepertiga pasokan remsedivir yang dialokasikan untuk belanja obat ini. “Saya tidak terlalu terkesan dengan penelitian ini dan skeptis pada penggunaan remdesivir untuk pasien Covid-19 di tahap sedang, terutama mengingat harganya,” kata Adarsh Bhimraj, spesialis penyakit menular di Cleveland, dikutip dari Reuters (12/9).

Berdasarkan keterangan  Departemen Kesehatan AS (NIH), remdesivir berperan untuk menghambat replikasi virus. Departemen Kesehatan AS merekomendasikan penggunaan remdesivir untuk pasien Covid-19 tahap berat selama lima hari atau sampai pasien ke luar dari rumah sakit.

Apabila tidak terdapat perbaikan klinis dalam jangka waktu tersebut, beberapa ahli juga menyarankan untuk memperpanjang durasi penggunaan obat hingga 10 hari.

Obat remdesivir di Indonesia berasal dari produksi perusahaan farmasi asal India, Hetero dan didistribusikan oleh PT Kalbe Farma Tbk. Harga obat remdesivir dengan merek dagang Covifor dijual Rp 3 juta per vial atau per dosis

Pemberian remdesivir di Indonesia saat ini masih akan diujicobakan kepada 25 pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta.

Pasien akan diberi antivirus melalui infus sebanyak 200 mg pada hari pertama. "Hari berikutnya, bisa 5 sampai 10 hari ke depan (diberi remdesivir) sebanyak 100 mg saja," kata Erlina Burhan, konsultan dokter Gugus Tugas Covid-19 yang merupakan dokter spesial paru-paru.

Adapun, 25 pasien yang akan diujicobakan ini harus berusia di atas 18 tahun dan menderita Covid-29 dengan kategori berat yang artinya saturasi oksigennya di bawah 94%. Kemudian, kriteria lainnya adalah pasien yang sedang menjalani ventilator mekanik.

Remdesivir adalah antivirus dengan cara kerja menghambat replikasi virus. "Mudah-mudahan kalau masuk remdesivir, replikasi virus dihambat sehingga tidak terjadi keparahan yang lebih lagi. Kemudian sistem imun akan bisa mengendalikan," kata Erlina.

Hanya cara mencegah penularan Covid-19 paling ampuh sampai saat ini adalah dengan menjaga jarak, memakai masker, dan rutin mencuci tangan. Ketiganya penting untuk dilaksanakan sambil menunggu vaksin. . 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Titis Nurdiana