KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Renault, salah satu nama besar dalam dunia Formula 1, secara resmi mengonfirmasi bahwa program mesin F1 mereka akan dihentikan pada akhir tahun 2025. Mengutip crash.net, Ini merupakan akhir dari perjalanan panjang selama lima dekade, di mana Renault telah memproduksi mesin untuk ajang balap paling bergengsi di dunia ini sejak debutnya pada tahun 1977. Dengan penghentian program ini, tim Alpine yang dimiliki oleh Renault akan beralih menjadi tim pelanggan dan diharapkan menggunakan Power Unit Mercedes mulai musim 2026, ketika Formula 1 memasuki era baru regulasi.
Transformasi Viry-Chatillon Menjadi Alpine Hypertech
Fasilitas Renault di Viry-Chatillon, yang selama ini menjadi pusat pengembangan mesin F1 mereka, akan mengalami perubahan besar. Lokasi tersebut akan diubah menjadi 'Alpine Hypertech', sebuah pusat teknologi canggih yang fokus pada pengembangan teknologi motor listrik dan proyek mobil jalan raya. Transformasi ini merupakan bagian dari rencana besar Alpine untuk mengarahkan sumber daya teknis mereka ke proyek-proyek inovatif di masa depan, sekaligus menjaga warisan balap mereka. Manajemen Alpine mengonfirmasi bahwa proses transformasi fasilitas di Viry-Chatillon akan selesai pada akhir tahun 2024. Sementara itu, aktivitas Formula 1 di lokasi tersebut akan terus berlangsung hingga akhir musim 2025, sebelum sepenuhnya mengalihkan fokus ke proyek-proyek baru. Baca Juga: Gaji Daniel Ricciardo di Formula 1: Kekayaan Luar Biasa Sang PembalapMenghadapi Kompetisi: Renault di Era Hibrida V6
Renault mengalami kesulitan sejak era unit tenaga hibrida V6 diperkenalkan pada tahun 2014. Meskipun memiliki sejarah panjang dan sukses di Formula 1, Renault tak mampu bersaing secara konsisten dengan para rival utamanya, yaitu Mercedes, Ferrari, dan Honda, yang mendominasi di era tenaga hibrida ini. Situasi ini membuat Renault akhirnya memutuskan untuk menghentikan pengembangan mesin F1 dan mengarahkan fokus mereka pada proyek-proyek teknologi lain yang lebih relevan dengan strategi masa depan.Ambisi Besar Alpine dan Grup Renault
Keputusan untuk mengakhiri program mesin F1 merupakan bagian dari strategi jangka panjang Alpine dan Grup Renault untuk mengarahkan sumber daya mereka ke proyek-proyek inovatif dan berkelanjutan. Baca Juga: Max Verstappen dan Ancaman Pengunduran Diri dari Formula 1 Philippe Krief, CEO Alpine, menyatakan bahwa pembangunan Hypertech Alpine adalah kunci dari strategi pengembangan Alpine dan inovasi Grup Renault. Fasilitas ini akan memastikan kesinambungan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknologi tinggi yang dikembangkan di Viry-Chatillon, sambil memperkuat posisi Alpine sebagai "bengkel inovasi" dalam industri otomotif. Krief menegaskan bahwa DNA balap Alpine akan tetap menjadi elemen penting dari merek ini. Meski tidak lagi terlibat dalam pengembangan mesin F1, semangat inovasi yang dihasilkan dari pengalaman mereka di ajang balap akan terus mendorong proyek industri dan otomotif yang belum pernah ada sebelumnya, terutama melalui Hypertech Alpine.