JAKARTA. Bisnis distributor ponsel pintar dan tablet bisa saja terganggu. Sebab, pemerintah memiliki wacana untuk memberlakukan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk gadget dengan harga diatas Rp 5 juta.Membangun pabrik assembling sendiri seperti yang bakal dilakukan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) bisa menjadi katalisator tekanan tersebut. Selain itu, ERAA juga bisa menerima berbagai insentif dari pemerintah.Pasalnya, dibalik pengenaan pajak tersebut, pemerintah juga akan memberikan insentif bagi emiten ponsel yang memiliki pabrik pengembangan ponsel seperti yang akan dibangun ERAA. Rencananya, pabrik tersebut bakal dibangun di Jakarta."Tapi, pabrik itu masih unprogress," tandas Djatmiko Wardoyo, Corporate Secretary ERAA kepada KONTAN, (4/4). Rencana pembangunan pabrik tersebut masih dalam cetak biru perusahaan, belum ada aplikasinya secara nyata.Sebab, visi pembangunan pabrik tersebut memang sangat ideal dan mampu memudahkan bisnis ERAA, khususnya dalam hal perpajakan. Tapi, apakah ke depannya bisa membuat bisnis ERAA bisa menjadi lebih efisien maka tidak ada yang bisa menjaminnya.Djatmiko paham jika niat dibalik dari pemberlakuan ekspor untuk menekan angka impor ponsel hingga 50%. Masalahnya, Indonesia sama sekali belum memiliki basis ponsel dalam negeri. Sehingga, andai kata pabrik ERAA tersebut sudah berdiri dan berjalan melakukan pengembangan, maka bisa dipastikan tetap akan ada impor komponen utama sebuah gadget."Dan, ini justru bisa menjadi lebih mahal. Secara visi, rencana tersebut memang ideal, tapi tidak untuk dua atau tiga tahun kedepan karena masih banyak pertimbangan sana-sini yang harus diperhitungkan," jelas Djatmiko.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rencana bangun pabrik ERAA masih berupa konsep
JAKARTA. Bisnis distributor ponsel pintar dan tablet bisa saja terganggu. Sebab, pemerintah memiliki wacana untuk memberlakukan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk gadget dengan harga diatas Rp 5 juta.Membangun pabrik assembling sendiri seperti yang bakal dilakukan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) bisa menjadi katalisator tekanan tersebut. Selain itu, ERAA juga bisa menerima berbagai insentif dari pemerintah.Pasalnya, dibalik pengenaan pajak tersebut, pemerintah juga akan memberikan insentif bagi emiten ponsel yang memiliki pabrik pengembangan ponsel seperti yang akan dibangun ERAA. Rencananya, pabrik tersebut bakal dibangun di Jakarta."Tapi, pabrik itu masih unprogress," tandas Djatmiko Wardoyo, Corporate Secretary ERAA kepada KONTAN, (4/4). Rencana pembangunan pabrik tersebut masih dalam cetak biru perusahaan, belum ada aplikasinya secara nyata.Sebab, visi pembangunan pabrik tersebut memang sangat ideal dan mampu memudahkan bisnis ERAA, khususnya dalam hal perpajakan. Tapi, apakah ke depannya bisa membuat bisnis ERAA bisa menjadi lebih efisien maka tidak ada yang bisa menjaminnya.Djatmiko paham jika niat dibalik dari pemberlakuan ekspor untuk menekan angka impor ponsel hingga 50%. Masalahnya, Indonesia sama sekali belum memiliki basis ponsel dalam negeri. Sehingga, andai kata pabrik ERAA tersebut sudah berdiri dan berjalan melakukan pengembangan, maka bisa dipastikan tetap akan ada impor komponen utama sebuah gadget."Dan, ini justru bisa menjadi lebih mahal. Secara visi, rencana tersebut memang ideal, tapi tidak untuk dua atau tiga tahun kedepan karena masih banyak pertimbangan sana-sini yang harus diperhitungkan," jelas Djatmiko.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News