Rencana Bundel Saham KBRI Segera Terwujud



JAKARTA. Rencana PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk (KBRI) membundel saham alias reverse stock split segera terealisasi. Perusahaan kertas ini telah telah mengumumkan kisaran rasio pembundelan saham itu, dan kini sedang menunggu persetujuan para pemegang waran seri I.

Sabtu (24/7), KBRI mengumumkan, aksi korporasi ini akan dilakukan pada saham seri B. Sehingga nilai nominal saham itu naik dari Rp 100 per saham menjadi Rp 200 per saham. "Rasionya sebesar 2:1," ujar Tiur Simamora, Sekretaris Perusahaan KBRI, dalam pesan singkatnya kepada KONTAN, Minggu (25/7).

Tiur menambahkan, aksi pembundelan saham ini bukan dimaksudkan merupakan langkah awal dari aksi korporasi lainnya, seperti penerbitan saham baru (rights issue). Aksi ini semata-mata bertujuan meningkatkan harga saham KBRI.


Pada Jumat (23/7), harga saham KBRI ditutup di Rp 53 per saham. Lantaran rendah, harga saham KBRI memang sulit untuk bergerak.

Kini, manajemen KBRI tinggal menunggu restu dari pemegang waran. Maklum, setelah reverse stock, harga pelaksanaan waran seri I berubah dari Rp 265 per saham menjadi Rp 530 per saham.

Selain itu, jumlah waran seri I yang belum dieksekusi menyusut menjadi 437,47 juta saham dari sebelumnya 874,94 juta saham. KBRI akan memasukkan perubahan ini dalam revisi salah satu pasal dalam Akta Pernyataan Penerbitan Waran Seri I KBRI.

KBRI memberikan waktu kepada para pemegang waran Seri I untuk memberikan tanggapan atau keberatan, selama 21 hari kalender setelah tanggal pengumuman ini. Apabila dalam jangka waktu itu para pemegang waran yang mewakili 50% tidak memberikan keberatan secara tertulis, seluruh pemegang waran dianggap setuju dengan perubahan akta tersebut.

Tiur juga menegaskan, pemegang saham mayoritas KBRI tidak berencana untuk melepaskan asetnya. Termasuk menjual 40% saham kepada PT Kertas Nusantara (dulu bernama PT Kiani Kertas), seperti yang ramai beredar di pasar.

Menurut Tiur, tahun ini, KBRI berniat menjual produk sendiri tanpa melibatkan pihak ketiga. Melalui strategi tersebut, KBRI menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar Rp 74 miliar atau naik 59% dari perolehan tahun 2009 sebesar Rp 46,5 miliar.

Kinerja KBRI diperkirakan bakal kian meroket jika pabrik Paper Machine 2 (PM) sudah mulai beroperasi. KBRI sendiri memperkirakan, kehadiran pabrik baru bisa mengerek pendapatan hingga 10 kali lipat tahun depan. Pabrik itu akan menggenjot produksi KBRI dari 10.500 ton menjadi 150.000 ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie