KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa tegas menolak dengan adanya rencana impor untuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP) yang ada di Perum Bulog. Pria yang juga Guru Besar dan Kepala Pusat Bioteknologi IPB ini menyebut impor beras hanya akan menyakiti petani Indonesia. "AB2TI sikapnya tegas menolak impor, karena kalau impor saat ini tidak ada manfaatnya," kata Dwi Andreas kepada Kontan.co.id, Kamis (24/11).
Ia menjelaskan, jika impor beras dilakukan saat ini maka kemungkinan barang masuk tiga bulan lagi. Artinya kedatangan impor mendekati masa panen. Dwi Andreas juga pesimis bahwa beras impor dapat masuk hingga akhir tahun ini.
Baca Juga: Ditugaskan untuk Impor Beras, Buwas: Bukan Kemauan Bulog "Kalau beras impor masuk pas tiga bulan lagi man masuk panen raya. Ngapain? Beras impor buat apa. Sebaiknya konsentrasi untuk menyelamatkan harga di tingkat usaha tani saat menuju puncak panen raya nanti," imbuhnya. Ia memperkirakan harga beras memang akan tinggi hingga Januari nanti. Menipisnya stok CBP di Bulog saat ini diminta untuk menjadi pelajaran ke depan. Pasalnya, Andreas mengatakan harusnya Bulog menyerap besar-besaran saat puncak panen di bulan Maret-Juni lalu. Dimana saat itu harga gabah berada dibawah harga pembelian pemerintah (HPP). "Kenapa serapan Bulog teramat rendah, padahal 4 bulan berturut-turut Maret, April, Mei, Juni harga gabah kering panen dibawah HPP. Praktis serapan Bulog kecil. Juni serapan dalam negeri hanya 1 juta ton. Jadi itu memang satu kesalahan besar. Nah di Juli seterusnya ngga mungkin serap karena harga udah tinggi," jelasnya. Kepala Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi menegaskan penyerapan dari dalam negeri akan menjadi prioritas dalam pemenuhan stok di Bulog. Adapun impor hanya menjadi opsi alternatif apabila ketersediaan di dalam negeri tak mampu memenuhi. "Kebutuhan beras nasional itu diutamakan dalam negeri, tapi untuk ketersediaan apabila memang dirasakan perlu pengadaan ketersediaan dari luar negeri itu akan dilakukan," kata Arief ditemui di Kawasan DPR RI, Rabu (23/11). Dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IV kemarin (23/11) disepakati bahwa Kementerian Pertanian akan membantu Bulog dalam mendapatkan stok beras hingga 600.000 ton. Untuk pemenuhan tersebut, Kementerian Pertanian diberikan waktu 6 hari kerja sejak putusan RDP tersebut. Namun, Arief mengatakan apabila opsi impor untuk pemenuhan stok di Bulog dipilih, maka harus dilakukan segera. Hal itu berkaca pada logistik dan lainnya untuk impor memerlukan waktu.
Baca Juga: Rencana Impor Bulog Dipertanyakan "Tidak boleh terlambat Kenapa karena vessel dan lain-lain perlu waktu. Kita nggak boleh main-main dengan pangan nasional," kata Arief. Ia menekankan mengenai pemenuhan ketersediaan yang wajib dilakukan negara. Kemudian Ia menegaskan urusan perut masyarakat tidak bisa dibuat main-main. "Ini soal ketersediaan nomor satu wajib bagi kita semua, yang kedua kalau urusan perut jangan main-main. Kalau itu (impor) memang harus diputuskan kita akan putuskan segera," ungkapnya. Namun kembali Ia mengatakan keputusan impor akan melihat bagaimana kondisi dalam negeri. Arief menjelaskan, ada November hingga Desember akan terjadi rebutan gabah di lapangan, karena produksinya sesuai dengan kerangka sample area dari Badan Pusat Statistik (Statistik) hanya 3 juta ton. "Kebutuhan kita rata-rata 2,5 sampai 2,6 juta sebulan artinya 5 juta. Kalau produksi hanya 3 juta kemudian ini 5 juta kita pasti akan
sorted ngga? kita akan berebut gabah
ngga? Itu poin saya. Sehingga pada saat berebut gabah harga akan naik. Nah perintahnya presiden jaga inflasi. Apakah bisa kalau gitu? bisa
ngga dikerjakan? Nah itu tugas saya sama Pak Buwas (Budi Waseso)," jelasnya. Arief mengatakan apabila Bulog saat ini diminta untuk menyerap hingga 1,2 juta ton akan sulit. Hal tersebut lantaran untuk mencari gabah dengan harga Rp4.200 sulit. Ditambah dengan adanya rebutan gabah di lapangan. Arief menyebut bahwa seharusnya serapan yang besar memang dilakukan saat panen raya.
Baca Juga: Maksimalkan Penyerapan Beras, Perum Bulog Gunakan Skema Komersil Tahun 2022 ini menjadi stok beras Bulog yang terendah. Dimana per 22 November 2022 total stok beras yang ada di Bulog masih 594.856 ton. Stok tersebut terdiri dari cadangan beras pemerintah 426.573 ton dan stok komersial 168.283 ton. Dengan kondisi saat ini dan jika tidak terjadi top up, maka stok CBP akan tinggal 342.801 ton di akhir tahun nanti.
Apabila Bulog tidak dapat memenuhi stok CBP hingga 1,2 juta ton maka akan berbahaya. Hal tersebut lantaran Bulog tidak dapat masuk untuk mengintervensi pada saat harga tinggi. Pun demikian jika terjadi kejadian luar biasa (KLB) atau bencana Bulog harus tetap memiliki stok yang cukup. Ia menjelaskan sampai dengan 22 November 2022 telah disalurkan KPSH beras medium sebanyak 972.655 ton. Dengan adanya penyaluran beras KPSH dinilai mampu meredam peningkatan harga beras di tingkat konsumen. "Sampai kapan Bulog bisa meredam? Ya sampai stoknya Bulog itu menipis, kurang lebih sampai akhir tahun. Kalau dikurangi 150 sampai 200.000 ton tanpa ada pemasukan. Itu harusnya kita men-top up Bulog," ungkapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .