KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kesepakatan
Non-Disclosure Agreement (NDA) antara pemerintah Indonesia dengan tim dari perusahaan otomotif listrik terbesar di Amerika Serikat (AS) Tesla telah ditandatangani. Kabar baik ini diumumkan oleh Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, Rabu (4/2). Namun mengenai isi detail perjanjian tersebut masih belum dibeberkan oleh pemerintah. Analis Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia menjelaskan NDA PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) - Tesla ini semakin menegaskan angin segar pada industri nikel dalam negeri, secara Indonesia memiliki kontribusi sebesar 30% dari total cadangan nikel dunia.
Baca Juga: Terimbas PPKM, EastParc Hotel (EAST) akui adanya penurunan hunian kamar "Sedangkan ANTM memiliki cadangan nikel nomor dua di Indonesia. Nilai yang cukup besar untuk dapat memasok produksi baterai
electric vehicle (EV)," jelas Liza, Kamis (4/2). Anggaplah kesepakatan ini benar adanya, lanjut Liza, perlu dikaji ulang skema bisnis ke depan akan seperti apa yang diharapkan oleh pemerintah Indonesia kepada para investor dari industri baterai EV ini. Apabila hal ini jelas, maka diprediksi harga saham emiten nikel akan bisa terdorong. Beberapa hal yang menjadi perhatian antara lain keinginan pemerintah Indonesia bahwa paling tidak 60-70% dari nikel yang diperoleh Tesla haris diproduksi dalam bentuk
battery pack sehingga perlu ada nilai tambahnya sebelum diekspor.
Baca Juga: Affinity akuisisi 21% saham Sido Muncul (SIDO) senilai Rp 4,5 triliun Kemudian kepastian nilai investasi Tesla yang akan ditanamkan di dalam negeri. Adapun nilai proyek pengembangan industri baterai listrik diperkirakan mencapai US$ 17,4 miliar. Permasalahan selanjutnya yang mesti dipastikan adalah investasi ini nantinya akan dalam bentuk apa misalnya pembangunan pabrik saja atau turun mengembangkan infrastruktur seperti mendirikan stasiun pengisian baterai kendaraan listrik. "Tentu juga penting kita tahu kapan pastinya Tesla akan memulai bisnis ini dengan kita, hal ini membuat kita mampu memproyeksikan bagaimana dampak riilnya pada kinerja keuangan emiten terkait," jelas Liza. Terakhir, jika industri baterai ini berhasil dikembangkan, ditambah dengan pasar otomotif domestik yang terbesar di kawasan ASEAN, Indonesia memang berpotensi memegang ekosistem industri EV terbesar.
Baca Juga: Produksi nikel diprediksi turun, simak rekomendasi saham Vale Indonesia (INCO) Mulai industri baterai dari hulu sampai hilir, infrastruktur pengisian (
charging), sampai dengan daur ulang. Pengembangan industri hulu hingga hilir baterai kendaraan listrik ini akan terus menjadi katalis positif bagi ANTM. Dus, Liza merekomendasikan beli bertahap saham ANTM setelah mampu melalui resistance di level Rp 2.520 dan Rp 2.720 sambil memperhatikan perkembangan rencana investasi Tesla. Sebab perlu disadari kenaikan harga saham ANTM yang fenomenal sejak tahun lalu banyak dipengaruhi oleh sentimen pengembangan industri baterai EV ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi