Rencana keuangan bagi pemilik income tak tetap (2)



JAKARTA. Para profesional atau pengusaha yang memiliki penghasilan tak tetap perlu menemuh perencanaan keuangan khusus agar kondisi finansial keluarga mereka tetap sehat. Pada artikel sebelumnya, kita sudah membahas manajemen dana darurat khusus bagi Anda yang memiliki income tak tetap

Nah, selain urusan dana darurat, Anda yang masuk kelompok "spesial" ini juga mesti bijak mengelola utang atawa pinjaman. Para pemilik pendapatan tak tetap, rawan terkena godaan utang. Apalagi saat pemasukan tidak mampu menutupi kebutuhan bulanan. 

Biasanya, Anda akan berpaling lebih dulu pada kartu kredit yang paling mudah diakses dan digunakan. Eits, tapi hati-hati, menggunakan kartu kredit yang berlebihan bisa membuat Anda tergulung jebakan utang. "Boleh pakai kartu kredit tapi untuk keperluan yang sudah diperhitungkan supaya tidak sampai utang menggulung," kata Freddy Pieloor, perencana keuangan dari Money and Love Planning and Consulting. 


Farah Dini Novita, perencana keuangan senior dari Zelts - Janus Consulting, juga mengingatkan, apabila tidak ada dana untuk melunasinya di tabungan dan belum yakin ada invoice ataupun penghasilan lain masuk, sebaiknya jangan gunakan kartu kredit. "Kartu kredit bukanlah dana darurat. Kartu Kredit adalah utang!" ujar Freddy. 

Ingatlah bahwa kartu kredit adalah alat pembayaran. "Pembelanjaan dengan kartu kredit harus sesuai dengan anggaran uang yang dimiliki," imbuh Lisa. Namun, berdasarkan pengalaman Lisa menangani klien-kliennya, biasanya, pekerja profesional maupun pekerja lepas tidak dapat berdisiplin dalam berutang. "Jadinya malah gali lubang tutup lubang," ujar dia. 

Idealnya saat penghasilan tinggi, selisih penghasilan disisihkan dalam rekening terpisah sehingga sewaktu penghasilan menurun, bisa diambil dananya. Tapi, kenyataannya, saat penghasilan tinggi, pengeluaran juga tinggi sehingga tidak bisa menyisihkan dana. 

Baik Freddy maupun Dini sepakat bahwa utang sebaiknya ditujukan untuk barang non-konsumtif. "Utang yang baik adalah utang yang produktif, yaitu untuk membeli aset yang nilainya akan terus naik seiring berjalannya waktu atau utang untuk membeli suatu barang yang membuat Anda lebih produktif dalam bekerja dan menghasilkan lebih banyak lagi," ujar Dini. 

Freddy mencontohkan, sebagian dari utang produktif ini misalnya kredit kepemilikan rumah (KPR) atau apartemen (KPA). "Karena utang yang kita bayarkan bisa terbayar kembali dengan kenaikan harga properti," ujar Freddy. Sementara, bila utang digunakan untuk keperluan konsumtif, Anda akan rugi dua kali. "Sudah harga barangnya turun, mesti bayar bunga pula," imbuh Freddy. 

Namun, jika terpaksa berutang karena dana Anda sudah terpakai untuk keperluan penting, misalnya untuk keperluan pendidikan anak, ada beberapa cara. Pertama, Freddy menyarankan untuk mencari pinjaman lunak. "Bisa ke orangtua atau saudara," saran Freddy. Kalau cara tersebut sudah ditempuh dan hasilnya nihil, opsi kedua yang bisa diperhitungkan adalah pegadaian. "Coba refinancing atau gadai supaya bunga lebih kecil dibanding tarik uang tunai dengan kartu kredit," kata Freddy. Utamanya, cobalah cari opsi pinjaman dengan bunga paling kecil, mudah, dan murah. 

Sementara, Dini menyarankan, kalaupun harus berutang, sebaiknya Anda berutang pada instansi seperti bank. "Walaupun persyaratan lebih rumit, biasanya bunga lebih kecil dibanding instansi lain," kata dia. Tapi, tentu saja, Anda tetap harus memperhatikan bunga yang dikenakan. "Patokan berutang, tidak boleh lebih dari 30% - 35% dari penghasilan rata -rata. Agar lebih aman, gunakan pedoman penghasilan minimum," imbuh Dini. 

Jangan lupa investasi 

Faktor penting dalam mengatur arus kas dari penghasilan tidak tetap adalah investasi. Seperti semua pegawai yang memiliki iuran rutin dana pensiun, Anda juga berhak mendapatkan masa pensiun meski dananya harus diusahakan sendiri. 

Freddy menyarankan agar Anda berinvestasi sesuai kemampuan. Kebutuhan investasi ini, menurut Dini, bisa disisihkan langsung di awal dari pendapatan. Cuma, apabila di bulan tertentu, pendapatan menjadi sangat minim atau malah digunakan untuk pembayaran bulan depan, kata Dini, Anda bisa menyisihkan setelah mendapatkan penghasilan lebih tinggi di bulan berikutnya. 

Dini mencontohkan: Bapak Doni mendapatkan proyek freelance dan invoice akan cair September. Sedangkan di Agustus, Bapak Doni hanya mendapatkan penghasilan dari proyek kecil tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan wajib bulanan. Sementara, kebutuhan investasi Bapak Doni setiap bulan adalah Rp 1 juta.  Maka, apabila di Agustus Bapak Doni tidak dapat berinvestasi sama sekali, di September, Bapak Doni akan menyisihkan dana sebesar Rp 2 juta untuk mengisi kekosongan bulan sebelumnya. Begitu seterusnya. 

Jika Anda cermat dalam menyiasati pengeluaran per bulan, sebenarnya Anda bisa memiliki arus kas yang selalu positif. Artinya, Anda tetap bisa hidup dengan standar yang Anda tetapkan kendati di saat penghasilan sedang lebih rendah ketimbang biasanya. 

Kuncinya adalah disiplin dan komitmen saat penghasilan Anda melonjak melebihi penghasilan rata-rata sebulan. Godaan belanja saat penghasilan melonjak ini memang besar. Sebab, sebagai pekerja profesional ataupun pekerja lepas, Anda tentu ingin menikmati kerja keras Anda. Namun, Anda harus ingat kondisi penghasilan setiap bulan tidak selalu terjadi lonjakan. Apalagi jika Anda pekerja lepas dan si klien menunda pembayaran dengan jeda sebulan misalnya. 

Nah, situasi-situasi seperti ini harus siap Anda hadapi. Jika Anda sudah memiliki satu rekening tabungan yang digunakan untuk aneka transaksi baik penerimaan maupun pengeluaran, segera buka rekening baru, sebagai rekening cadangan. Rekening ini adalah penampung dana dari selisih penghasilan Anda saat tinggi dengan penghasilan rata-rata Anda sebulan. Kedisiplinan Anda mengisi rekening terpisah ini akan menyelamatkan Anda jika penghasilan menurun. Selamat mengatur keuangan agar hidup tenteram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Cipta Wahyana