KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bertemu dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He, pada Jumat waktu AS dinilai menjadi penggerak mata uang Garuda menguat pada penutupan perdagangan pasar spot Jumat (22/2). Mengutip Bloomberg, kurs rupiah menguat tipis 0,09% ke level Rp 14.058 per dollar AS pada perdagangan Jumat (22/2). Sedangkan dalam satu pekan terakhir, rupiah terapresiasi 0,67%. Sementara itu, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia untuk hari ini melemah 0,15%. Adapun sepanjang pekan ini, rupiah di BI menguat 0,26%.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, aksi profit taking yang biasa diambil oleh para pelaku pasar menjelang akhir pekan tidak terjadi minggu ini. Hal ini didorong oleh sentimen positif yang datang dari eksternal. “China sudah mengajukan proposal terkait dengan rencana pembelian produk agrikultur AS sebesar US$ 30 miliar. Hal ini dinilai menjadi dasar keberadaan solusi atas perang dagang. Kalaupun pada 1 Maret belum terjadi kesepakatan antar keduanya, bisa dipastikan waktu akan kembali diperpanjang,” tutur Josua pada Kontan.co.id Jumat (22/2). Tak hanya Indonesia, beberapa mata uang Asia juga terlihat menguat di hadapan dollar AS sore ini. Baht Thailand menguat sebesar 0,29%, yen Jepang menguat sebesar 0,06%, dollar Hongkong menguat sebesar 0,02%, dan rupee India menguat sebesar 0,04%. Josua melanjutkan, kekuatan lain yang menyokong rupiah adalah keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 6% yang ditetapkan Kamis (21/2) kemarin. Dirinya melihat kebijakan tersebut merupakan cara BI menjaga stabilitas rupiah tahun ini. Ditambah lagi, capital inflow yang masuk ke pasar domestik nilainya sangat tinggi. BI juga menyebutkan aliran modal pada 21 Februari mencapai Rp 45,9 triliun. Angka ini lebih besar dari keseluruhan modal asing pada 2018 yang hanya sebesar Rp 13,9 triliun. “Pemasukan ini mendorong penguatan dan kestabilan rupiah,” tambah Josua.