KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga tak seagresif yang sebelumnya nampaknya memberi angin segar bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Seperti yang diketahui pada tahun depan The Fed diprediksi akan menaikkan suku bunga 2-3 kali, namun pada hasil FOMC tadi malam diperkirakan The Fed hanya akan menaikkan suku bunga sebanyak satu kali lagi. Alfred Nainggolan, kepala Riset Koneksi Kapital mengatakan, rencana The Fed tersebut memberikan reaksi yang cukup positif untuk rupiah kembali menguat terhadap dollar, artinya ini akan menjadi sentimen positif pula untuk IHSG.
Buktinya setelah penguman The Fed, rupiah ditutup menguat 1% ke Rp 14.380 terhadap dollar AS pada Kamis (29/11), diikuti oleh IHSG yang ditutup menguat 1,93% dan bertengger dilevel 6.107 pada perdagangan Kamis (29/11). Selain itu dengan kondisi ini, Alfred mengatakan pelaku pasar akan menjadi lebih optimistis, sebab pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan menjadi lebih baik. Menurut Alfred, sebelumnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan masih dipengaruhi oleh faktor kenaikan suku bunga. "Karena jika The Fed kembali agresif menaikkan suku bunganya, Bank Indonesia tentu akan melakukan hal yang sama dan biasanya hal tersebut akan diikuti oleh bank-bank lainnya yang tentunya akan berpengaruh negatif bagi pertumbuhan kredit,” katanya kepada Kontan.co.id. Menurutnya, IHSG di akhir tahun akan berada dilevel 6.300. Alfred bahkan optimistis angka tersebut akan tercapai dengan adanya wacana The Fed yang tidak akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali. “Belum lagi harga minyak yang saat ini mengalami penurunan, didukung rupiah yang menguat, tidak menutup kemungkinan CAD kita akan kembali menguat pada kuartal empat,” ungkapnya. Senada, Norico Gaman Kepala Riset BNI Sekuritas mengatakan wacana The Fed tersebut sangat positif untuk pergerakan IHSG, karena BI tidak akan menaikkan suku bunga acuannya, 7DRRR secara agresif. Norico bilang, BNI Sekuritas memprediksi penguatan IHSG bisa mencapai level 6.500 akhir tahun ini. Dia menambahkan, sentimen yang akan menyokong pergerakan IHSG adalah penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar dan meredahnya isu perang dagang antara AS dan China. Selain itu, saat ini Credit Swap (CDS) Indonesia juga sedang membaik, menurut Norico biasanya jika CDS membaik artinya persepsi investor terhadap risiko investasi menurun, sehingga peluang investasi menjadi lebih baik terutama bagi para investor asing. Memang, menurut Kepala Riset Paramitra Sekuritas Kevin Judio, dana yang masuk cukup tinggi untuk nilai transaksi bursa pada hari ini yakni sebesar Rp 13 triliun.
Menurut Kevin, selama ini yang menjadi sentimen negatif teratas terhadap pergerakan IHSG adalah kenaikan suku bunga dan juga nilai kurs rupiah yang cenderung melemah terhadap dollar. Dengan adanya rencana The Fed untuk tidak agresif dalam menaikkan suku bunga, tentu ini menjadi angin segar dalam menyokong IHSG di akhir tahun. Dengan demikian sentimen negatif yang mempengaruhi pergerakan IHSG di akhir tahun ini sengat minim. Menurutnya, sentimen negatif di akhir tahun nanti hanya profit taking, namun pengaruhnya tidak signifikan terhadap IHSG. Dia memprediksi IHSG diakhir tahun akan berada di level 6.250, jika di awal Desember bisa tembus 6.123. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi