Rendang, nasgor tetap makanan terenak dunia



JAKARTA. Pariwisata Indonesia kembali mendapatkan pengakuan dunia. Dua ikon kuliner Tanah Air yang sudah ditetapkan Menteri Pariwisata Arief Yahya, yaitu panganan rendang dan nasi goreng, tampil sebagai makanan terenak di dunia nomer satu dan nomor dua, versi CNN.

Menteri Arief seperti mendapat "angin surga" untuk memperkuat branding kuliner nusantara itu. "Karena rendang, nasi goreng adalah dua dari lima kuliner yang tengah dipromosikan Kemenpar sebagai ikon kuliner Indonesia, selain soto, sate dan gado-gado," ungkap Menpar Arief Yahya.

Pengakuan oleh CNN Travel itu cukup membanggakan. Pasalnya, pada tahun 2011, masakan asal Sumatera Barat itu juga pernah menempatkan diri di peringkat pertama sebagai makanan terenak di dunia. "Ini sudah mengangkat brand kuliner Indonesia, dan tentu pariwisata Indonesia," kata Menteri Arief.


Kali ini, tahun 2017, rendang kembali menjadi Juara. Ditambah nasi goreng, makanan yang menjadi favorit banyak pembaca situs berita dunia CNN itu.

"Reputasi rendang ini akan menaikkan citra kuliner dan pariwisata kita. Karena kuliner ketika sudah siap dipromosikan, dikapitalisasi, maka dia sudah masuk pariwisata," kata Arief Yahya.

Kuliner sudah menjadi bagian yang penting dalam pariwisata. "Semakin banyak makanan kita yang dikenal, maka semakin banyak yang ingin ke negara kita. Ini adalah kultur diplomasi bangsa kita,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.       

Sekadar informasi, CNN telah merilis daftar 50 makanan terenak sedunia lewat 35.000 voting di media sosial Facebook. Hasilnya, rendang khas Sumatera Barat kembali menduduki peringkat pertama. Menariknya, CNN melansir bukan hanya Rendang, Nasi Goreng juga menempati peringkat kedua.

Sementara itu, makanan Nusantara lainnya yang masuk daftar adalah Sate, yang menduduki peringkat ke-14. Sate juga masuk prioritas ikon kuliner Nusantara.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Kemenpar Wawan Gunawan juga menyambut sumringah raihan tersebut. Di bidangnya, Kuliner selalu menjadi senjata andalan untuk meraih hati wisatawan mancanegara.

Kata Esthy mengatakan, rendang merupakan salah satu makanan makanan otentik yang dimiliki Indonesia. "Indonesia memiliki 5.350 lebih resep asli tradisional yang telah menjadi warisan bangsa Indonesia. Bukan hanya nikmatnya, namun juga setiap makanan mengandung sejarah yang kaya. Kuliner kita penuh warna dan cita rasa bumbu yang kuat, kami bangga punya rendang dan nasi goreng,” ujar Esthy yang juga diamini Kepala Sub Bidang Promosi Wisata Spa dan Kuliner Kemenpar Suheriah.

Menpar Arief Yahya juga mengatakan, Kemenpar melakukan upaya untuk memajuk­an wisata kuliner dilakukan dengan unsur penthahelix yaitu kerjasama dari s­emua pihak termasuk p­emerintah, pelaku bis­nis, akademisi, juga ­media.

Kata Menpar, Indonesia pun­ya potensi besar menj­adi wisata kuliner te­rkaya di dunia dengan­ 17% flora dan fauna ­ada di Indonesia. Langkah pertama yang dilakukan Kemenpar, mendukung makanan­ yang telah diputuska­n sebagai makanan nas­ional.

Kemudian Kemenpar melakukan "branding" restoran Ind­onesia. Akan ditet­apkan 10 restoran di l­uar negeri untuk mendukung promosi Indonesia. Dipilih wilayahnya sesuai dengan target pariwisata. Seperti di Prancis dan restoran Indonesia di sana dipakai sebagai sarana promosi kuliner Indonesia. 

”Kami juga punya strategi mengembangkan­ destinasi kuliner di­ Indonesia. Ada Bali, Joglosemar, dan Bandung. Kota-kota tersebut d­ipilih selain karena ­kulinernya yang kaya juga kar­ena komitmen pemerint­ahnya akan wisata kul­iner,” ujar pria asli Banyuwangi ini.

Kemenangan Rendang dan Nasi Goreng memperpanjang rentetan prestasi dunia yang diraih Indonesia. Seperti diketahui, baru saja dua hari yang lalu, Kemenpar menggelar jumpa pers pasca  Nihi Sumba Island (Nihiwatu) yang terletak di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, kembali mendapat penghargaan sebagai Hotel Terbaik di dunia versi majalah Travel+Leisure.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia