Renuka banting setir jadi trader batubara



JAKARTA. PT Renuka Coalindo Tbk tahun resmi menjadi trader batubara, setelah tahun lalu menjual seluruh tambang miliknya. Saat ini proses mendapatkan izin menjadi trader batubara masih berjalan.

Kepastian ini didapat setelah pada RUPSLB yang diselenggarakan akhir tahun lalu. Perusahaan ini mendapat persetujuan pemegang saham mengubah bentuk usaha, dari produsen batubara menjadi trader batubara.

Farah Rakhisah, Sekretaris Perusahaan Renuka memaparkan, seluruh tambang perusahaan sudah dijual. Emiten berkode SQMI ini sejak beberapa tahun terakhir terkendala logistik. Sehingga volume produksi batubara hanya 300.000 ton-400.000 ton per tahun. Padahal harapannya bisa 5 juta ton per tahun.


Kata dia, dari penjualan dua tambang miliknya, yakni PT Jambi Prima Coal dan PT Surya Global Makmur, perusahaan ini mengantongi dana Rp 6 miliar.

"Tambang Jambi Prima Coal dijual ke PT Indobagus Energy sebesar Rp 5 miliar dan Rp 1 miliar lagi penjualan tambang yang lain," ujarnya, kepada KONTAN, Rabu (11/1).

Dia menyatakan, saat ini perusahaan masih dalam proses handover atau transisi pemindahan kepemilikan tambang. Selain itu, awal tahun ini SQMI juga masih sibuk mengurus izin usaha yang baru sebagai trader.

Farah belum mengetahui kapan mulai menjalankan usaha menjual batubara. Yang jelas, hal tersebut baru dilakukan setelah semua perizinan selesai. Termasuk terkait pasokan batubara, volume penjualan dan pasar yang akan dituju.

Menurut Farah, terkait volume penjualan biar manajemen menentukan. "Saat ini kami masih proses handover, masih belum ada action (penjualan) karena masih nunggu izin selesai dulu," lanjutnya.

Menurutnya, pasar tujuan ekspor belum banyak mengalami perubahan dibandingkan sebelumnya. Mayoritas ekspor SQMI menyasar pasar India. Selain lebih dekat dari tambang yang terletak di Jambi, permintaan dari India juga cukup stabil.

Tahun lalu saja, sampai kuartal III perusahaan melakukan pengiriman 90% produksinya ke India. "Jadi, kalau mengenai pasar sepertinya masih dengan (klien) yang di India, karena lokal akan sedikit sekali," lanjutnya.

Saat ini perusahaan tersebut harus memenuhi tahap demi tahap persyaratan untuk masuk ke bidang usaha baru. Sehingga, Farah belum bisa menyampaikan hal teknis termasuk pasokan batubara dan capex.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie