Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, menyantap ayam goreng barangkali sudah menjadi menu sehari-hari. Rasanya yang gurih dan enak membuat menu berbahan baku ayam ini menjadi favorit banyak orang. Tak heran, usaha yang mengandalkan ayam sebagai bahan baku masakan bertaburan di banyak tempat. Salah satu pengusaha makanan berbahan baku ayam adalah Muhammad Mashar, pemilik Red Chicken di Semarang, Jawa Tengah. Ia memfokuskan bisnis kulinernya pada ayam goreng sejak 2009 lalu.Setahun kemudian, ia pun mulai menawarkan kemitraan. Meski tingkat persaingan sudah sangat ketat, ia yakin bisnis ayam goreng yang dikelolanya tetap bisa berkibar. "Yang penting mampu menawarkan sesuatu yang berbeda dari lainnya," kata Mashar.Selama ini, menurut Mashar, kebanyakan olahan ayam goreng di pasaran berkiblat kepada citarasa Barat. Sementara Red Chicken ingin menonjolkan citarasa masakan Nusantara. "Sensasi rasa Red Chicken terletak pada balutan tepung dan bumbu rempah pedas, rasanya khas masakan Nusantara," ucapnya.Kepada calon mitra yang berminat, Red Chicken menawarkan enam paket pilihan. Dimulai dari yang termurah adalah paket mini konter dengan nilai investasi Rp 3,8 juta. Lalu paket becak senilai Rp 6 juta, paket booth Rp 6,8 juta, paket motor roda tiga Rp 9,8 juta, dan paket corner Rp 19,8 juta. Paling mahal adalah paket full resto dengan nilai investasi Rp 68 juta.Dari semua paket investasi itu, mitra akan mendapat peralatan dan bahan baku awal, termasuk franchise fee selama lima tahun. Hingga saat ini, Red Chicken sudah memiliki enam mitra yang berlokasi di Banda Aceh, Pekanbaru, Bandar Lampung, Tuban, dan dua lainnya di Semarang. Harga terjangkauDengan harga jual ayam goreng berkisar antara Rp 4.000-Rp 7.000 per potong, mitra bisa mengantongi omzet mulai dari Rp 220.000 - Rp 1,7 juta per hari, atau Rp 6,6 -Rp 51 juta per bulan. Setelah lima tahun berjalan, mitra wajib membayar royalty fee 5% dari omzet per bulan. Khusus paket full resto, menu yang disediakan bukan hanya ayam goreng. Dalam paket ini, tersedia juga menu seperti nasi goreng, steik, dan spageti yang dijual mulai dari Rp 8.000-Rp 13.000 per porsi. "Harga kami terjangkau semua kalangan," ujarnya.Ali Ikhrom, mitra Red Chicken di Tuban, Jawa Timur mengaku baru sebulan terakhir bergabung dengan Red Chicken. Ali mengambil paket corner senilai Rp 19,8 juta. "Namun saya sulap gerai saya menjadi mini resto dengan investasi Rp 25 juta," ujarnya.Ali tertarik, karena Red Chicken menawarkan harga yang terjangkau serta rasa yang bersaing. Ia mengklaim, respons masyarakat Tuban terhadap gerai ayam gorengnya cukup besar. Ia menargetkan, perolehan omzet Rp 800.000 per hari. Dengan omzet sebesar itu, ia berharap bisa balik modal antara 5-6 bulan ke depan. "Saya yakin mampu merealisasikannya," ucapnya. Red Chicken, Grogol 01/05 Magelung Kaliwungu, Kendal, Semarang, Jawa Tengah, Telp. 081325181010Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Renyahnya laba ayam goreng pedas
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, menyantap ayam goreng barangkali sudah menjadi menu sehari-hari. Rasanya yang gurih dan enak membuat menu berbahan baku ayam ini menjadi favorit banyak orang. Tak heran, usaha yang mengandalkan ayam sebagai bahan baku masakan bertaburan di banyak tempat. Salah satu pengusaha makanan berbahan baku ayam adalah Muhammad Mashar, pemilik Red Chicken di Semarang, Jawa Tengah. Ia memfokuskan bisnis kulinernya pada ayam goreng sejak 2009 lalu.Setahun kemudian, ia pun mulai menawarkan kemitraan. Meski tingkat persaingan sudah sangat ketat, ia yakin bisnis ayam goreng yang dikelolanya tetap bisa berkibar. "Yang penting mampu menawarkan sesuatu yang berbeda dari lainnya," kata Mashar.Selama ini, menurut Mashar, kebanyakan olahan ayam goreng di pasaran berkiblat kepada citarasa Barat. Sementara Red Chicken ingin menonjolkan citarasa masakan Nusantara. "Sensasi rasa Red Chicken terletak pada balutan tepung dan bumbu rempah pedas, rasanya khas masakan Nusantara," ucapnya.Kepada calon mitra yang berminat, Red Chicken menawarkan enam paket pilihan. Dimulai dari yang termurah adalah paket mini konter dengan nilai investasi Rp 3,8 juta. Lalu paket becak senilai Rp 6 juta, paket booth Rp 6,8 juta, paket motor roda tiga Rp 9,8 juta, dan paket corner Rp 19,8 juta. Paling mahal adalah paket full resto dengan nilai investasi Rp 68 juta.Dari semua paket investasi itu, mitra akan mendapat peralatan dan bahan baku awal, termasuk franchise fee selama lima tahun. Hingga saat ini, Red Chicken sudah memiliki enam mitra yang berlokasi di Banda Aceh, Pekanbaru, Bandar Lampung, Tuban, dan dua lainnya di Semarang. Harga terjangkauDengan harga jual ayam goreng berkisar antara Rp 4.000-Rp 7.000 per potong, mitra bisa mengantongi omzet mulai dari Rp 220.000 - Rp 1,7 juta per hari, atau Rp 6,6 -Rp 51 juta per bulan. Setelah lima tahun berjalan, mitra wajib membayar royalty fee 5% dari omzet per bulan. Khusus paket full resto, menu yang disediakan bukan hanya ayam goreng. Dalam paket ini, tersedia juga menu seperti nasi goreng, steik, dan spageti yang dijual mulai dari Rp 8.000-Rp 13.000 per porsi. "Harga kami terjangkau semua kalangan," ujarnya.Ali Ikhrom, mitra Red Chicken di Tuban, Jawa Timur mengaku baru sebulan terakhir bergabung dengan Red Chicken. Ali mengambil paket corner senilai Rp 19,8 juta. "Namun saya sulap gerai saya menjadi mini resto dengan investasi Rp 25 juta," ujarnya.Ali tertarik, karena Red Chicken menawarkan harga yang terjangkau serta rasa yang bersaing. Ia mengklaim, respons masyarakat Tuban terhadap gerai ayam gorengnya cukup besar. Ia menargetkan, perolehan omzet Rp 800.000 per hari. Dengan omzet sebesar itu, ia berharap bisa balik modal antara 5-6 bulan ke depan. "Saya yakin mampu merealisasikannya," ucapnya. Red Chicken, Grogol 01/05 Magelung Kaliwungu, Kendal, Semarang, Jawa Tengah, Telp. 081325181010Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News