Renyahnya Laba dari Usaha Keripik Pisang Khas Lampung



weekend-keripik-pisangPASOKAN pisang yang melimpah di Lampung memang menjadi alasan pertama mengapa Juanda menekuni usaha keripik pisang. Sebelum berbisnis keripik pisang empat tahun lalu, lelaki berusia 46 tahun ini lebih dulu menggeluti usaha keripik singkong. Namun usaha yang sudah dijalaninya cukup lama tersebut tidak juga berkembang. "Lalu saya berpikir, kenapa tidak mengembangkan produk keripik pisang saja," tutur Juanda. Kini, Juanda telah menjadi salah satu produsen keripik pisang yang cukup ternama di Lampung. Merek produknya adalah Panda Tirai. "Nama ini saya pilih agar mudah dikenal dan familiar di masyarakat lokal maupun keturunan China," katanya Kini pria kelahiran Cirebon ini bisa memproduksi 2,5 kuintal keripik pisang setiap hari. Untuk membuat keripik sebanyak ini, Juanda menghabiskan bahan baku pisang sebanyak 1 ton. Jenis pisang yang ia gunakan adalah pisang ambon dan kepok. Harga beli pisang di Lampung saat ini sekitar Rp 1.500 per kilogram. Menurut Juanda, usia pisang yang paling baik untuk dibikin keripik adalah 60 hari. "Kalau terlalu tua, pisang berlendir. Kalau terlalu muda berasa sepat," jelasnya. Sama seperti kebanyakan pengusaha keripik pisang di Lampung, Juanda juga menghasilkan keripik pisang dengan variasi rasa asin, manis, coklat, dan keju. Adapun proses pembuatannya, pertama-tama pisang diserut alias diiris tipis-tipis. Untuk penyerutan ini, Juanda menggunakan alat serut sederhana dan manual, tidak memakai mesin. Dengan cara ini, keripik buatannya bisa panjang-panjang mengikuti bentuk pisang. Lalu irisan pisang mentah direndam dalam air gula atau garam sebelum digoreng.  Khusus untuk keripik rasa coklat atau keju, pemberian serbuk coklat atau keju dilakukan setelah digoreng. Untuk proses penggorengan, seperti produsen keripik di Lampung pada umumnya, Juanda juga memakai minyak kelapa. Minyak kelapa itupun digunakan maksimal dua kali menggoreng agar keripik  tidak cepat tengik dan bisa tahan hingga 5 bulan. Dalam sebulan, Juanda melakukan produksi selama 25 hari. Dibantu 20 pekerjanya, Juanda menghasilkan sekitar 6,25 ton keripik pisang aneka rasa setiap bulannya . Juanda mengemas keripik buatannya  itu dalam kemasan ukuran 300 gram dan 500 gram. Harga jualnya bervariasi tergantung rasa. Juanda melepas keripiknya kepada agen dan distributor dengan harga Rp 10.000 - Rp 12.500 untuk kemasan 300 gram. Adapun harga keripik kemasan 500 gram sekitar p 15.000 - Rp 25.000. Di toko ritel dan rumah makan, harga jualnya Rp 20.000 - Rp 35.000 per kilogram. Selain memasarkan keripik pisangnya lewat pertokoan, rumah makan, dan minimarket di wilayah Lampung, Juanda juga menyuplai agen dan distributor di Medan, Pekanbaru, Jakarta, dan Depok. "Produksi saya selalu terserap pasar, bahkan kadang belum selesai produksi sudah ada buyer menunggu," ujarnya. Dengan jangkauan pemasaran yang lumayan luas itu, Juanda berhasil meraup omzet Rp 187,5 juta per bulan. Dari omzet sebanyak ini, dia mengaku mengambil keuntungan sekitar 25%-30%. Artinya, minimal ia bisa meraih laba Rp 46 juta. Juanda yakin prospek usahanya cukup bagus karena konsumen keripik pisang selalu ada. Apalagi Pemda Lampung sangat mendukung usaha keripik pisang yang merupakan oleh-oleh khas Lampung. Selain itu, dia juga tak perlu khawatir soal bahan baku. "Harga pisang stabil karena pasokannya berlimpah di sini," ujar Juanda.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: