Repatriasi dana mengecil, bursa Wall Street bisa kehilangan dorongan di 2019



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS) telah mengirim pulang atau merepatriasai lebih dari US$ 500 miliar uang tunai yang mereka simpan di luar negeri pada tahun 2018 untuk mengambil keuntungan dari perubahan aturan pajak. Namun, repatriasi dana tersebut mulai mengecil dan berpotensi menghilangkan sumber utama dukungan untuk indeks bursa Wall Street.

Mengutip Reuters, pemulangan dollar AS dalam periode Juli-September 2018 turun menjadi US$ 93 miliar. Jumlah itu cuma sekitar setengah dari volume repatriasi dollar di kuartal kedua 2018 dan kurang dari sepertiga dari US$ 300 miliar dana yang dipulangkan pada periode Januari hingga Maret 2018.

Bonanza repatriasi mengikuti peraturan baru yang memungkinkan Pemerintah AS memungut pajak keuntungan korporasi AS yang terakumulasi di luar negeri, dimana pun uang itu disimpan. Aturan sebelumnya memungkinkan perusahaan untuk "menunda" pajak AS atas laba di seluruh dunia kecuali jika mereka mengembalikan uang itu.


Perubahan aturan itu menawarkan insentif yang kuat bagi perusahaan AS membawa pulang hasil keuntungannya di luar negeri. Hasil laba perusahaan AS di luar negeri diperkirakan senilai US$ 3 triliun yang tersimpan di negara dengan pajak rendah seperti Irlandia hingga Swiss, baik dalam bentuk tunai atau dalam surat berharga seperti US Treasury.

Bank investasi JPMorgan menyebutkan arus pemulangan dana tersebut saat ini berada di lintasan yang melambat dengan cepat. Misal, repatriasai dana dari perusahaan non-finansial. JPMorgan menghitung ada dana sekitar US$ 60 miliar dipulangkan ke AS pada kuartal III 2018, dibandingkan senilai US$ 225 miliar pada kuartal I 2018 dan US$ 115 miliar pada kuartal II 2018.

JPMorgan memperkirakan, repatriasi dana korporasi AS tersebut akan menyusut lebih dalam pada kuartal terakhir 2018.

Melambatnya aliran repatriasi dana itu juga terlihat dari data yang dirilis Treasury International Capital (TIC). Menurut TIC, kepemilikan obligasi AS atau US Treasury merosot di negara yang memiliki yurisdiksi pajak rendah dan menjadi markas korporasi AS di luar negeri.

Contohnya di Irlandia yang menjadi markas perusahaan teknologi AS dan perusahaan farmasi AS di Eropa seperti Apple dan Pfizer. Menurut data TIC, kepemilikan US Treasury dari wilayah itu turun US$ 40 miliar dari akhir 2017 hingga Oktober 2018 menjadi $ 287,6 miliar.

Turunnya arus repatriasi dana korporasi AS dari luar negeri itu kemungkinan akan mempengaruhi pasar saham. Sebab, aliran dana tersebut membantu mendanai rekor pembelian kembali saham AS di tahun 2018 yang mencapai US$ 1 triliun. 

Pasar saham AS telah tertekan dalam beberapa bulan terakhir karena kekhawatiran prospek pertumbuhan ekonomi AS. Kuartal terakhir 2018 adalah yang terburuk untuk indeks S&P 500 sejak akhir 2008 ketika krisis Lehman Brothers meletus.

"Dorongan ekstra dari repatriasi dana ke AS kepada pasar saham dan obligasi AS melalui pembelian kembali saham dan penukaran obligasi perusahaan kemungkinan akan menghilang tahun depan," tulis JPMorgan kepada klien seperti dilansir Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat