Resep baru bisnis farmasi Kalbe Farma



KONTAN.CO.ID - BEKASI. PT Kalbe Farma Tbk merampungkan pembangunan pabrik baru. Melalui anak usahanya PT Kalbio Global Medika, pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon Cikarang dengan luas 11.000 meter persegi (m²) ini siap memproduksi beberapa jenis bahan baku obat dan produk biologi.

Vidjongtius, Presiden Direktur Kalbe Farma mengatakan, pembangunan pabrik baru ini merupakan komitmen Kalbe Farma untuk mendorong terciptanya industri farmasi yang terintegrasi mulai dari kemandirian bahan baku hingga penguasaan teknologi.

Perlu diketahui, total investasi pembangunan pabrik berkapasitas 10 juta syringe ini mencapai Rp 700 miliar. Perinciannya, sebanyak Rp 500 miliar untuk membangun fasilitas produksi dan Rp 200 miliar sebagai riset dan pengembangan.


Tercatat ada enam jenis obat yang diproduksi Kalbio Global Medika di pabrik barunya dalam lima tahun ke depan. Di antaranya, erythropoietin (EPO) yang dibutuhkan dalam pengobatan cuci darah dan kanker.

Selain itu, granulocyte colony stimulating factor (GCSF) yang merupakan obat untuk meningkatkan produksi granulosit. Efepoietin (long acting EPO) yang berfungsi  menstimulasi pembentukan sel darah merah. Serta, insulin dan beberapa produk MAb (monoclonal antibody) untuk pengobatan kanker.

Rencananya, bahan baku obat dan produk biologi yang diproduksi Kalbio Global Medika ini tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, tapi juga ekspor ke pasar Asean dan beberapa negara lain.

Vidjongtius menambahkan, akhir tahun 2018 pabrik bahan baku obat dan produk biologi Kalbio Global Medika akan mengkomersialkan produksinya. "Kami baru akan mengedarkan satu produk, erythropoietin yang sangat dibutuhkan dalam pengobatan cuci darah dan kanker," ujar Vidjongtius.

Tahap awal, jumlah erythropoietin yang bakal diproduksi sebanyak satu juta syringe. Vidjongtius menyebutkan dengan adanya produk biosimilar ini, diharapkan porsi ekspor perseroan ini dapat bertambah.

Sekadar gambaran, tahun 2017 lalu total pendapatan ekspor emiten berkode saham KLBF di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini sekitar Rp 1 triliun-Rp 1,5 triliun. Jumlah ini setara dengan 5% sampai  6% dari total pendapatan bersih. "Harapannya dengan adanya produk biosimilar ini, porsi ekspor bisa bertambah antara 4% hingga 5% lagi," ungkap Vidjongtius.

Bila ekspor menjadi fokus penjualan biosimilar Kalbe Farma, pasar dalam negeri masih belum digenjot. Rencananya setelah erythropoietin diedarkan, Kalbe Farma hanya menyasar pangsa pasar 10% dari total kebutuhan produk yang sama di dalam negeri, diprediksi 2 juta sampai 3 juta syringe.

Kalbe Farma juga telah menyiapkan investasi sebanyak Rp 2 triliun untuk lima tahun mendatang guna pengembangan pabrik biosimilar. "Oleh karena itu kami berharap bantuan dari pihak pemerintah," imbuh  Vidjongtius.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat