JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk membidik target pertumbuhan penjualan 8%-9% tahun ini. Persentase target tersebut tak berbeda jauh dengan realisasi pertumbuhan penjualan tahun lalu yakni 9%. Kalbe Farma memang belum mempublikasikan kinerja keuangan tahun 2016. Namun kalau mengacu pada ancer-ancer tersebut, berarti capaian penjualan mereka tahun 2016 sebesar Rp 19,50 triliun. Sebagai catatan, penjualan Kalbe Farma tahun 2015 yakni Rp 17,89 triliun. Melanjutkan asumsi hitungan tersebut, berarti hitungan target minimal penjualan Kalbe Farma tahun ini adalah sekitar Rp 21,06 triliun. Adapun target maksimal perusahaan ini Rp 21,26 triliun.
Untuk mewujudkan target tersebut, Kalbe Farma berencana meluncurkan 10-15 produk baru. Produk-produk anyar tersebut beragam kategori, mulai dari farmasi, consumer health alias produk kesehatan dan nutrisi. Hanya saja, mereka masih menyimpan detail informasinya. Selain mengembangkan produk sendiri, Kalbe Farma berencana menggandeng kerjasama atau joint venture dengan perusahaan lain. Salah satu rencana kerjasama tersebut berupa pendirian perusahaan patungan bersama dengan mitra bisnis asal Myanmar. Saat ini proses penjajakan bisnis antara Kalbe Farma dengan calon mitra bisnis dari daratan Indochina tersebut masih berjalan. "Rencananya, kerjasama tersebut untuk produk consumer health," terang Vidjongtius, Direktur Keuangan dan sekaligus Sekretaris Perusahaan PT Kalbe Farma Tbk kepada KONTAN, Sabtu (11/2). Selain dengan mitra bisnis Myanmar, Kalbe Farma membidik kerjasama lain. Pilihan mitra bisnis mereka antara perusahaan lokal atau perusahaan yang berada di lingkup wilayah Asia Tenggara. Target berkontribusi Strategi kerjasama dengan perusahaan lain bukan kali pertama. Tahun lalu, Kalbe Farma mulai memasarkan produk nutrisi Kalbe Blackmores Nutrition. Produk tersebut merupakan buah pengembangan bersama dengan Blackmores, perusahaan vitamin dan suplemen makanan asal Australia. Meski getol mencari mitra-mitra bisnis, Kalbe Farma tak terburu-buru mengharap kontribusi besar. "Kontribusi perusahaan joint venture terhadap pendapatan perusahaan baru terlihat setelah tiga hingga lima tahun tahun ke depan," ujar Vidjongtius. Yang terang, strategi meluncurkan produk dan menggandeng kerjasama bisnis tadi bukan satu-satunya fokus Kalbe Farma. Tahun ini, perusahaan berkode saham KLBF di Bursa Efek Indonesia tersebut masih harus merampungkan pembangunan pabrik biofarmasi di Cikarang, Jawa Barat. Nilai investasi pembangunan pabrik biosimilar mencapai US$ 30 juta-US$ 40 juta. Kalbe Farma akan mencuil dana belanja modal alias capital expenditure (capex) tahun ini untuk mencukupi investasi tersebut. Menurut pemberitaan KONTAN sebelumnya, Kalbe Farma membangun pabrik biosimilar dengan kapasitas produksi 10 juta - 11 juta unit obat per tahun. Namun, realisasi produksi akan berlasung secara bertahap.
Pembangunan dan pengoperasian pabrik biosimilar di bawah anak perusahaan bernama PT Kalbio Global Medika. Target operasionalnya pada pertengahan 2018. Adapun total alokasi capex Kalbe Farma tahun ini sebesar Rp 1 triliun-Rp1,5 triliun. Kalbe Farma juga akan memanfaatkan capex untuk mendanai perawatan pabrik, sistem teknologi informasi (TI) dan distribusi. Alokasi minimal capex tahun ini sama dengan realisasi belanja capex tahun lalu. "Tahun lalu capex kami sama, yang terserap Rp 1 triliun hingga akhir tahun," beber Vidjongtius. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini