KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cadangan daya pembangkit terhadap beban puncak alias reserve margin kelistrikan di sejumlah daerah masih di atas nilai optimal per Juni 2023. Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI Rabu (5/7), Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, mengakui bahwa kelistrikan di sejumlah wilayah masih mengalami kondisi kelebihan pasokan alias oversupply. “Secara nasional jadi yang mengalami over supply terutama di Jawa Bali,” ujar Darmawan, Rabu (5/7).
Menurut standar PLN, reserve margin idealnya berada di sekitar 20%-40%. Sementara itu, posisi reserve margin di sejumlah wilayah masih berada di atas angka tersebut per Juni 2023. Jawa Bali misalnya. Reserve margin di wilayah tersebut berada di posisi 44% per Juni 2023. Sementara itu, reserve margin di interkoneksi Kalimantan berada di posisi 57%, Belitung 46%.
Baca Juga: Pembayaran Kompensasi Listrik dan BBM Capai Rp 52 Triliun Hingga Mei 2023 Sementara itu, posisi reserve margin di sejumlah wilayah berada di rentang 20%-40% per Juni 2023 . Sumbawa-Bima misalnya, posisi reserve margin di wilayah tersebut berada di posisi 29% per Juni 2023. Begitu pula Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) yang posisi reserve margin-nya 25%, Sumatra 24%, dan seterusnya. Darmawan berujar, masih ada pembangkut-pembangkit baru lainnya yang akan masuk ke dalam sistem PLN. Kendati demikian, Darmawan memastikan bahwa PLN bakal berusaha memperkecil jenjang/gap antara permintaan ilstrik. Sejumlah cara yang ditempuh salah satunya melakukan renegosiasi proyek pembangkit. “Dan kami ada penundaan juga untuk masuknya ke dalam ekosistem kami agar balance antara pasokan dengan demand bisa kita jaga. Misal ada pembangkit yang 2 GW kami tunda sekitar 2 tahun, sehingga kami punya nafas mengejar ketertinggalan ini dengan menambah demand,” imbuh Darmawan.
Strategi lainnya, PLN juga bakal berupaya mendongkrak permintaan listrik. Beberapa cara yang dilakukan antara lain memfasilitasi program diskon untuk tambah daya, menggencarkan program elektrifikasi di berbagai sektor seperti rumah tangga, agrikultur, dan marine, serta mendukung kebutuhan listrik dalam pengembangan kawasan industri. “Tentu saja kami mendorong permintaan listrik di Indonesia dengan menjaga momentum pertumbuhan pasca pandemi. Di tahun 2022 penjualan tumbuh 6%. Itu 274 Twh, ini lebih tinggi 16,1 twh atau setara dengan penambahan revenue sekitar Rp 2,2 triliun dibanding 2021. Bahkan ini lebih tinggi sekitar 10,7 twh dibanding RKAP kami, yaitu hanya sekitar 263 Twh,” tutur Darmawan.
Baca Juga: Revisi Permen PLTS Atap Akan Selesai Juli 2023 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat