Resesi AS di Depan Mata, Kenaikan Suku Bunga The Fed Diramal Berlanjut hingga 2023



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Imbas upaya The Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi dinilai akan memberikan pukulan bagi Amerika Serikat (AS). Nomura Holdings Inc menyatakan upaya menekan inflasi hingga 2% akan membuat ekonomi Amerika Serikat (AS) jatuh ke dalam resesi ringan pada 2022. 

Mengutip Bloomberg, ekonom di Nomura Holdings Inc memperingatkan kondisi keuangan AS akan semakin ketat dan sentimen konsumen juga memburuk. Selain itu akan terjadi distorsi pasokan energi dan makanan diiringi memburuknya prospek pertumbuhan global.

"Dengan momentum pertumbuhan yang melambat dengan cepat dan komitmen The Fed untuk memulihkan stabilitas harga, kami percaya resesi ringan akan terjadi dimulai pada kuartal keempat 2022,” tulis ekonom Nomura Aichi Amemiya dan Robert Dent. 


Kelebihan simpanan dan neraca konsumen diprediksi akan membantu mengurangi kecepatan kontraksi ekonomi. Namun, kebijakan moneter dan fiskal akan dibatasi oleh inflasi yang tinggi.

Baca Juga: Duh, Ekonomi AS Bisa Jatuh ke Dalam Resesi Akhir Tahun Ini

Nomura telah menurunkan perkiraan PDB riil untuk tahun ini menjadi 1,8% dari sebelumnya 2,5%. Sedangkan proyeksi untuk tahun depan terlihat menurun 1%, dari sebelumnya yang ditaksir sebesar 1,3%.

Analisis tersebut muncul ketika Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan pada hari Minggu bahwa harga-harga yang sangat tinggi kemungkinan akan terus dirasakan konsumen hingga tahun 2022. Bendahara Keuangan AS itu juga memperkirakan ekonomi AS akan melambat.

Secara terpisah, Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland Loretta Mester mengatakan pada hari Minggu bahwa risiko resesi dalam ekonomi AS meningkat dan akan memakan waktu beberapa tahun untuk kembali ke target inflasi bank sentral yang sebesar 2%.

"Dengan inflasi bulanan hingga 2022 kemungkinan akan tetap tinggi, kami percaya respons Fed terhadap penurunan pada awalnya akan diredam," tulis analis Nomura dalam catatan mereka.

Mereka memperkirakan kenaikan suku bunga akan berlanjut hingga tahun 2023. Tetapi dengan tingkat yang sedikit lebih rendah sebesar 3,50%-3,75% yang dicapai pada bulan Februari. Dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 3,75%-4,00% pada bulan Maret.

Baca Juga: Nomura: Besar Kemungkinan Ekonomi AS Mengalami Resesi Tahun Ini

Ekonomi AS sejatinya telah pulih dengan kuat dari kerusakan yang pandemi Covid-19 timbulkan. Tetapi, lonjakan inflasi dan gangguan rantai pasok yang diperburuk perang di Ukraina telah meningkatkan pesimisme. Wall Street pun jatuh setelah bank sentral AS pada Rabu (15/6) pekan lalu menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin yang merupakan kenaikan paling tajam dalam hampir 30 tahun terakhir. 

Dan, para ekonom melihat tanda-tanda yang mengkhawatirkan bahwa kepercayaan konsumen melemah, dengan orang-orang mulai menunda rencana liburan, makan di luar rumah, atau melakukan perbaikan rumah. 

Yellen mengakui inflasi sangat tinggi akibat perang di Ukraina telah mendorong lonjakan harga energi dan pangan. Namun, dia tidak percaya penurunan belanja konsumen adalah kemungkinan penyebab resesi. Yellen berpendapat, pasar tenaga kerja AS bisa dibilang yang terkuat dari periode pasca perang. Dia memperkirakan, laju inflasi akan melambat dalam beberapa bulan mendatang.

Editor: Tendi Mahadi