Resesi AS Kian Menggila, Dolar AS Terdesak Yen dan Euro



TOKYO. Dolar melemah terhadap yen dan euro setelah muncul laporan tentang belanja konsumen AS merosot dalam kurun waktu tujuh tahun ini. Tentu saja, hal ini mengembuskan spekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunganya kembali untuk membantu mencegah resesi yang berkepanjangan. Dolar AS juga melemah seiring dengan aksi The Fed mengucurkan US$ 800 miliar untuk mencairkan pasar kredit. Pasalnya, langkah yang ditempuh oleh The Fed ini akan melemahkan neraca keuangan bank sentral. “Harga aset yang dibeli The Fed kemungkinan akan anjlok, semakin membuat neraca keuangan menipis dan merusak kredibilitasnya sendiri,” kata Ryohei Muramatsu, manager of Group Treasury Asia Commerzbank AG di Tokyo. “Ini adalah sisi negatif dolar AS,” katanya. Satu dolar AS diperdagangkan di level 95.13 yen. Sedangkan terhadap euro, dolar AS juga loyo menjadi US$ 1,2922. Pergerakan mata uang bisa sangat lincah hari ini seiring dengan pasar keuangan yang libur untuk merayakan Thanksgiving Day. Hal ini ditegaskan oleh Mitsuru Sahara, senior currency sales manager Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd., di Tokyo. Menanggapi terorisme di India, Sahara mengatakan, “Terorisme tersebut cukup merisaukan pergerakan mata uang. Kita tidak bisa mengesampingkan pasar yang berayun-ayun hari ini lantaran volumenya akan menjadi tipis seiring pasar AS yang out of the action.” Kata Sahara, Dolar kemungkinan akan bergerak antara 94,50 hingga 96 yen hari ini. ICE Dollar Index, yang menelusuri pergerakan si hijau terhadap enam mata uang utama, menciut 0,2% menjadi 85,465 setelah Departemen Perdagangan AS membeberkan belanja konsumen AS yang memble sebesar 1% di bulan Oktober. The Fed telah berkomitmen hingga US$ 800 miliar, seperti yang diumumkan pada 25 November lalu. Tujuannya untuk  mencairkan arus kredit yang belakangan membeku untuk para pembeli rumah dan pelaku bisnis kelas menengah. Selain itu, The Fed juga berniat untuk menekan risiko kredit memborong utang. Perekonomian AS akan menyusut sebesar 2,05% pada empat kuartal ke depan setelah sempat terjungkal sebesar 0,5% di tiba bulan yang lalu. Hal ini ditegaskan oleh survei yang dilakukan oleh BloombergEuro-area terperosok ke masa resesi du kuartal ketiga untuk yang pertama kalinya setelah mata uang untuk area ini diperkenalkan pada tahun 1999. “Pasar mata uang lebih fokus pada buruknya outlook perekonomian,” kata Hideki Amikura, deputy general manager Forex untuk Nomura Trust and Banking Co. Ltd. “Kemungkinan kita akan melihat penjualan euro di level yang lebih rendah,” imbuhnya. Para trader bertaruh, ECB akan memangkas suku bunga acuannya yang kini bertengger di level 3,25%.

Editor: