Resesi Eropa di Depan Mata, Jerman Muncul Sebagai Titik Lemah di Benua Biru



KONTAN.CO.ID - FRANKFURT. Warga Eropa yang kembali dari liburan musim panas mereka akan menemukan ekonomi yang lebih rapuh yang berisiko tertekan di bawah ancaman penjatahan energi, rekor inflasi, dan kebijakan moneter yang lebih ketat.

Melansir Bloomberg, Purchasing Manager's Index yang bakal dirilis pada hari Selasa kemungkinan akan menunjukkan output sektor swasta menyusut untuk bulan kedua. Hal ini  menambah tanda-tanda bahwa resesi di zona Eropa yang terdiri atas 19 negara kemungkinan besar akan terjadi sekarang daripada tidak. Indeks kepercayaan bisnis dari Jerman, Prancis dan Italia mungkin akan mengkonfirmasi arah itu.

Jerman, ekonomi terbesar di Eropa, telah muncul sebagai titik lemah di kawasan itu. Sebagai salah satu bukti, basis industrinya yang besar telah mengalami pukulan secara tidak proporsional dari lonjakan biaya energi dan kekurangan pasokan yang terus-menerus. 


Di sisi lain, industri jasa tidak mengalami ledakan pariwisata yang sama yang melanda negara-negara di sekitar Mediterania saat perjalanan liburan meningkat pasca-Covid.

Data pembaruan pada kinerja kuartal kedua Jerman pada hari Kamis akan mengungkapkan apakah ekonomi Jerman berhasil tumbuh atau sebaliknya. 

Baca Juga: Bank Sentral China dan Turki Turunkan Suku Bunga di Tengah Kenaikan Inflasi

Data dalam minggu mendatang akan menjadi bahan utama untuk mendiskusikan tentang arah kebijakan moneter setelah Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga setengah poin pada bulan Juli dan mengisyaratkan "normalisasi lebih lanjut" pada bulan September tanpa melakukan pra-komitmen pada besarannya. 

Pertemuan ECB berikutnya kurang dari tiga minggu lagi, dan sebagian besar pembuat kebijakan belum mengungkapkan preferensi mereka.

Mengutip Anadolu Agency, Pimpinan Bundesbank telah memperingatkan bahwa kemungkinan resesi akan mengetuk pintu Jerman jika krisis energi meningkat. Kondisi itu akan mendesak Bank Sentral Eropa (ECB) untuk terus menaikkan suku bunga.

"Jika krisis energi memburuk, resesi tampaknya akan terjadi pada musim dingin mendatang," kata Joachim Nagel kepada harian Jerman Rheinische Post dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada hari Sabtu (20/8/2022).

Baca Juga: Pasokan Gas Eropa Terganggu Lagi, Nord Stream 1 Kembali Berhenti Beroperasi

"Perekonomian Jerman masih berkinerja cukup baik di bawah kondisi sulit di paruh pertama tahun ini. Namun, jika masalah pengiriman lebih lanjut ditambahkan, misalnya, karena tingkat air rendah yang berkepanjangan, prospek ekonomi untuk paruh kedua akan semakin memburuk," Nagel menambahkan.

Dia menekankan bahwa tingkat inflasi Jerman "mungkin" mencapai 10% pada bulan-bulan musim gugur. Dia menambahkan bahwa tingkat inflasi dua digit terakhir kali terjadi di negara itu lebih dari 70 tahun yang lalu.

Tentang ekspektasinya terkait keputusan suku bunga ECB berikutnya pada 8 September, dia berkata: "Mengingat inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga lebih lanjut harus mengikuti."

"Beberapa bulan terakhir telah menunjukkan bahwa kita harus memutuskan kebijakan moneter dari pertemuan ke pertemuan," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie