KONTAN.CO.ID -WASHINGTON. Ekonomi Amerika Serikat (AS) kuartal II mengalami penurunan paling tajam sejak tahun 1940-an. Pandemi corona merusak merusak bisnis di seluruh negeri AS dan membuat jutaan orang Amerika kehilangan pekerjaan. Prediksi awal Kementerian Perdagangan AS yang dirilis, Kamis malam waktu setempat (30/7), kuartal kedua, produk domestik bruto AS menyusut 9,5% jika dibandingkan dengan kuartal dari yang pertama. Adapun kuartal pertama 2020, ekonomi AS terkontraksi, minus 5%. Kondisi ini menempatkan AS ke ekonomi terburuk sejak 1947.
Adapun secara tahunan, yakni kuartal kedua 2020 dibandingkan kuartal II 2019, penurunan mencapai 32,9%. Itu adalah penurunan tahunan tertajam dalam catatan triwulanan sejak tahun 1947, meski penurunan ini lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan analis untuk kontraksi 34,5%. Pengeluaran warga AS, yang merupakan sekitar dua pertiga penyumbang PDB AS merosot 34,6% secara tahunan. Kinerja ini menunjukkan ekonomi AS terpukul parah yang diakibatkan oleh penutupan alias lockdown yang diperintahkan pemerintah dan perintah tetap di rumah untuk memperlambat penyebaran virus corona. Corona juga secara tiba-tiba menghentikan ekspansi perusahaan yang sudah berjalan paling lama. Meski begitu, lapangan kerja, pengeluaran, dan produksi telah meningkat sejak pembukaan kembali pada Mei. Stimulus besar-besaran oleh Amerika Serikat memperlambat laju penurunan ekonomi,=, PDB AS jatuh 32,9% pada kuartal kedua di tengah shutdown untuk menahan ekonomi AS. Masih terjadinya lonjakan positif corona dianggap sebagai kegagalan Amerika untuk menahan virus. Alhasil, banyak memperkirakan ekonomi AS kemungkinan akan pulih lebih lambat dari negara-negara yang lebih baik dalam pengendalian virus,seperti kawasan euro. Semakin lama pandemi berlangsung tanpa vaksin, semakin lama output ekonomi sehingga ekonomi AS di bawah tingkat sebelum krisis dengan meninggalkan persoalan bagi banyak bisnis dan pekerja. "Kami melihat aktivitas ekonomi menunjukan rebound kuat pada Mei dan Juni, ini bisa mendorong kenaikan kuat PDB pada kuartal ketiga," ujar Andrew Hunter, ekonom senior AS di Capital Economics dalam riset, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (30/7). Namun demikian, AS masih menghadapi tantangan serangan kasus virus corona gelombang kedua yang mulai membebani perekonomian pada bulan Juli. “Dengan begitu, pemulihan 'berbentuk V' yang berkelanjutan tidak mungkin terjadi," ujar Hunter. Dalam laporan terpisah, Kamis malam (30/7), Kementerian Tenaga Kerja AS menyatakan, jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran meningkat untuk minggu kedua berturut-turut. Klaim awal melalui program negara reguler naik menjadi 1,43 juta dalam pekan yang berakhir 25 Juli, naik 12.000 dari minggu sebelumnya. Ada 17 juta orang Amerika yang mengajukan tunjangan berkelanjutan melalui program-program itu pada periode yang berakhir 18 Juli, naik 867.000 dari minggu sebelumnya. Efek pengumuman ini, pasar saham AS turun paling banyak dalam seminggu setelah rilis data, dan imbal hasil pada Treasury 10-tahun menurun. Sekadar catatan, pemulihan ekonomi yang Nampak dari tenaga kerja sejatiya mulai nampak di Mei dan Juni. Catatan Departemen Tenaga Kerja AS , ada 7,5 juta orang Amerika kembali bekerja pada Mei dan Juni digabungkan, gaji turun lebih dari 14,5 juta dari puncak pra-pandemi mereka. Namun, Juli ekonomi AS kembali mendapat tantangan karena corona. Itu pula yang menjadi dasare putusan Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuannya mendekati nol dan meluncurkan beberapa program pinjaman darurat yang diarahkan untuk mendorong kondisi perdagangandi pasar keuangan. "Kami telah melihat beberapa tanda dalam beberapa pekan terakhir bahwa peningkatan kasus virus, dan langkah-langkah baru untuk mengendalikannya, mulai membebani aktivitas ekonomi," kata Ketua Fed Jerome Powell pada konferensi pers Rabu setelah dua hari bank sentral pertemuan kebijakan.
"Secara seimbang, sepertinya data menunjukkan perlambatan dalam laju pemulihan," meskipun terlalu dini untuk mengatakan seberapa besar - atau berkelanjutan - periode ini, kata saat itu. Kontraksi kuartal kedua AS bersumber dari investasi infrastruktur, peralatan, dan kekayaan intelektual merosot 27% per tahun, penurunan paling tajam sejak 1952, sementara investasi residensial turun pada tingkat 38,7%, terbesar sejak 1980. Namun, baru-baru ini, angka-angka menunjukkan peningkatan penjualan rumah ketika orang Amerika Manfaatkan rekor tingkat hipotek terendah. Pandemi juga memangkas pengeluaran rumah tangga untuk layanan sangat mengejutkan: penurunan tahunan 43,5% selama kuartal ini, mengurangi hampir 23 poin persentase dari PDB. Sementara itu, pengeluaran untuk barang-barang mengambil 2,1 poin persentase. Paket stimulus AS terbesar dalam sejarah modern membuat pengeluaran pemerintah dan investasi meningkat 2,7% tahunan, pengeluaran non-pertahanan melonjak pada kecepatan 39,7%, yang terbesar sejak Perang Vietnam pada tahun 1967. Namun , belanja negara bagian dan lokal menurun pada kecepatan 5,6%, di tengah anjloknya pendapatan pajak.
Editor: Titis Nurdiana