Resesi tidak menyurutkan kinerja dan dana kelolaan reksadana offshore



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor pada reksadana saham syariah offshore tetap tumbuh di tengah resesi yang sudah melanda beberapa negara. Ekspektasi kinerja pasar saham global yang akan membaik serta menariknya peluang investasi sektor teknologi membuat investor tetap betah memendam dana investasinya di reksadana ini.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana kelolaan atawa asset under management (AUM) reksadana syariah berbasis efek luar negeri atau reksadana offshore meningkat Rp 41,76 miliar secara bulanan menjadi Rp 8,69 triliun di Juli.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan resesi memang bisa membuat pendapatan emiten menurun. Namun, sentimen tersebut tidak langsung menyurutkan minat investor untuk berinvestasi di reksadana offshore yang mungkin memiliki emiten dari negara yang sudah mengalami resesi.


Baca Juga: Tengok prospek dan sentimen peyokong kinerja reksadana offshore Eastspring

Dari sisi kinerja, reksadana offshore ini juga masih bisa mempertahankan pertumbuhan imbal hasil yang positif. Berdasarkan data Infovesta, dari total 14 reksadana offshore, hanya empat yang berkinerja negatif secara year to date hingga 7 Agustus.

Wawan mencermati pergerakan harga saham tidak mencerminkan kondisi saat ini, melainkan mencerminkan ekspektasi kinerja suatu emiten di masa yang akan datang. Dengan AUM dan kinerja yang masih tumbuh mencerminkan investor di reksadana ini memang mengekspektasikan akan terjadi pertumbuhan setelah resesi terjadi.

Investor yang melirik reksadana offshore biasanya tertarik karena ingin menjajal peluang investasi di sektor teknologi luar negeri. Maklum, isi portofolio reksadana offshore biasanya memang terdiri dari sektor teknologi yang sudah mendunia. Apalagi di tengah pandemi justru saham sektor teknologi cenderung mencatatkan kenaikan kinerja maupun harga saham.

Baca Juga: Reksadana Eastspring Syariah Greater China Equity USD disokong sektor teknologi China

Wawan melihat permintaan pada reksadana offshore akan selalu ada mengingat adanya kebutuhan dana investor dalam denominasi dolar AS. "Bunga deposito denominasi dollar tidak sampai 1%, sementara reksadana saham syariah offshore bisa memberikan 2%-3% per tahun saja sudah menarik sekali," kata Wawan.  

Namun, Wawan mengingatkan risiko investasi di reksadana offshore tetap ada. Sentimen negatif bisa datang dari hubungan AS dan China yang semakin memanas, serta kondisi politik di AS jelang pemilu. "Faktor politik bisa jadi tantangan dan saham global bisa terpengaruh," kata Wawan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati