Resiko kematian infeksi Virus Corona berkurang karena aspirin



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penelitian terkait Virus Corona terus dilakukan oleh para peneliti dan ahli kesehatan lainnya. Tak hanya berusaha untuk mencari vaksin yang efektif menghalau serangan Covid-19, sebuah penelitian juga menguji bagaimana konsumsi aspirin mampu menurunkan resiko kematian akibat infeksi virus itu.

Penelitian tersebut dilakukan oleh para peneliti University of Maryland School of Medicine di Amerika Serikat. Hasilnya, pasien Covid-19 yang mengonsumsi aspirin dosis rendah untuk penyakit kardiovaskular memiliki komplikasi dan resiko kematian yang lebih kecil daripada mereka yang tak mengonsumsi aspirin.

Mengutip dari Starts At 60 (startsat60.com), sebanyak 43% pasien yang mengonsumsi aspirin lebih sedikit membutuhkan perawatan ICU dan 44% pasien lebih sedikit yang membutuhkan ventilator mekanik. Sedangkan 47% pasien lebih banyak yang bertahan akibat infeksi Virus Corona.


Penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal Anesthesia and Analgesia. Sebanyak 412 pasien terinfeksi Virus Corona dengan usia rata-rata 55 tahun dilibatkan dalam penelitian. Mereka telah dirawat di rumah sakit selama beberapa bulan karena komplikasi.

Baca Juga: Pangan fungsional bisa meningkatkan daya tahan tubuh untuk cegah COVID-19

Jonathan Chow, pemimpin penelitian, mengatakan bahwa jika penelitian tersebut dikonfirmasi, aspirin jadi obat apotek pertama yang tersebar di seluruh dunia untuk mengobati Covid-19. Meski demikian, konsumsi aspirin terlalu lama bisa meningkatkan resiko pendarahan gastrointestinal atau GI.

Penelitian itu dipimpin oleh The Monash University dengan melibatkan 19.114 pasien selama lebih dari lima tahun. Hasilnya, 264 kasus pendarahan GI ditemukan akibat efek samping dari aspirin. Melansir dari Starts At 60, minimal sebanyak 60% dialami oleh orang tua berusia lebih dari 70 tahun.

Dari 264 kasus, 162 terjadi karena penggunaan aspirin setiap hari dan 102 kasus berasal dari kelompok plasebo. Selain konsumsi aspirin, ada faktor lain yang meningkatkan resiko pendarahan. Mulai dari merokok, tekanan darah tinggi, obesitas, sakit ginjal, dan lain-lain.

Selanjutnya: Virolog minta pemerintah tak buru-buru lakukan vaksinasi corona, ini sebabnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News