Risiko pelemahan rupiah masih terbuka



JAKARTA. Rupiah akhirnya berhasil menguat di hadapan dollar AS pada awal pekan ini. Tetapi risiko pelemahan rupiah masih terbuka di tengah kekhawatiran pasar pada kenaikan suku bunga The Fed.

Di pasar spot, Senin (21/11) nilai tukar rupiah di hadapan dollar AS menguat 0,16% ke level Rp 13.406 dibanding sehari sebelumnya. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia rupiah melemah 0,22% ke level Rp 13.438.

Ekonom PT Bank Permata, Josua Pardede mengatakan, rupiah sebenarnya bergerak melemah pada awal pembukaan perdagangan. Laju rupiah masih merespon kemungkinan naiknya suku bunga The Fed pada akhir tahun ini.


Pernyataan sejumlah pejabat The Fed termasuk Gubernur Janet Yellen memberi sinyal kenaikan suku bunga yang semakin tinggi untuk akhir tahun ini dan tahun depan.

"Pelaku pasar cenderung beralih ke dollar AS di tengah kekhawatiran naiknya suku bunga The Fed," papar Josua. Kuatnya laju dollar AS juga terlihat dari nilai tukar yen yang terus melemah.

Dari dalam negeri, masih terjadi capital outflow di pasar obligasi. Padahal kebijakan BI mempertahankan tingkat suku bunga acuan diharapkan mampu meredam angka capital outflow yang lebih besar. Isu demonstrasi di Jakarta juga berpotensi membawa kekhawatiran pasar sehingga menambah tekanan mata uang garuda.

Josua menilai rupiah memiliki peluang kembali melemah mengingat minimnya katalis domestik. Sementara faktor eksternal terus mendukung penguatan dollar AS. "Kita harapkan BI masih akan berada di pasar untuk melakukan intervensi maupun mengambil langkah stabilisasi lain," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto