KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan pengolahan tembakau iris PT Indonesian Tobacco Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (4/7). Pada perdagangan perdana, harga saham emiten berkode emiten ITIC ini sempat melonjak 50% ke Rp 330 per saham dari harga initial public offering (IPO) Rp 219 per saham. Dengan begitu, saham perusahaan dengan kode emiten itu otomatis terkena auto reject atas (ARA). Alasannya, kenaikan harga saham ini sudah melebihi ketentuan BEI yang menetapkan, untuk rentang harga saham Rp 200-Rp 5.000 maka batas naik dan turun saham adalah lebih dari 25% dalam sehari. Melalui IPO ini, ITIC memperoleh dana segar hingga Rp 60,01 miliar. ITIC menawarkan 274,06 juta saham atau setara dengan 29,13% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh.
Dalam pencatatan saham ini, ITIC menunjuk PT Philip Sekuritas Indonesia sebagai lead underwriter. Pada masa penawaran saham umum yang berlangsung 25 Juni 2019-28 Juni 2019, terjadi oversubscribed lebih dari 165 kali dari jatah pooling penawaran saham. Indonesian Tobacco mengungkapkan akan menggunakan seluruh dana IPO untuk pembelian daun tembakau virginia sebagai bahan baku. Pembeliannya dibagi berdasarkan segmen wilayah, yakni 25% dari Jawa Tengah yang meliputi Muntilan, Temanggung, Parakan, dan Boyolali. Kemudian, sebanyak 50% dari Jawa Timur dan Madura, serta sisanya 25% dari Bali dan Lombok. Direktur Utama ITIC Djonny Saksono optimistis dapat mengembangkan bisnisnya secara luas. "Kapasitas pendanaan yang bertambah akan sejalan dengan persediaan daun tembakau yang meningkat," kata dia di Jakarta, Kamis (4/7).