KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah melewati masa
initial public offering (IPO), saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (
PGEO) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Jumat (24/2). Anak usaha PT Pertamina (Persero) ini menjadi emiten ke-19 yang melantai di BEI sepanjang tahun ini Pada perdagangan perdana, saham PGEO sempat menguat ke level Rp 925, namun saat ini melemah ke level Rp 815. PGEO menetapkan harga IPO di harga Rp 875 per saham. Ini merupakan rentang tengah dari harga
book building yang dipasang PGEO berada di Rp 820 - Rp 945.
Dalam hajatan IPO, PGEO melepas sebanyak 10,35 miliar saham yang mewakili sebesar 25,00%) dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Sehingga, perusahaan pelat merah ini meraup dana segar hingga Rp 9,05 triliun dari aksi korporasi tersebut.
Baca Juga: Hillcon (HILL) Patok Harga IPO Rp 1.250, Siap Melantai di BEI 1 Maret 2023 Sekitar 85% dana hasil IPO akan digunakan untuk pengembangan usaha sampai dengan tahun 2025. Pengembangan ini terdiri atas sekitar 55% akan digunakan untuk belanja modal alias
capital expenditure (capex) atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) operasional saat ini yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi
co-generation technology untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan
existing. Pengembangan ini sebagian besar akan digunakan antara lain untuk WKP Lahendong, WKP Hululais, WKP Lumut Balai dan Margabayur, WKP Gunung Way Panas, WKP Sungai Penuh, dan WKP Gunung Sibayak - Gunung Sinabung. Sekitar 33% akan digunakan untuk
capital expenditure pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional PGEO saat ini yang dilakukan melalui pengembangan konvensional dan utilisasi
co-generation technology untuk mengantisipasi kebutuhan pasar baru. Pengembangan ini sebagian besar akan digunakan antara lain untuk WKP Lumut Balai dan Margabayur, WKP Hululais, WKP Gunung Way Panas, dan WKP Kamojang - Darajat.
Baca Juga: Return Saham BUMN Karya Dalam Tren Negatif, Masih Layak Koleksi? Lalu, sekitar 12% akan digunakan oleh PGEO untuk
capital expenditure pengembangan kemampuan digital, analitik, dan manajemen
reservoir untuk mendukung
production, operation & maintenance excellence. Sisanya, sekitar 15% atau sebanyak-banyaknya sampai dengan US$ 100 juta digunakan untuk pembayaran sebagian
facilities agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara perseroan dengan
mandated lead arrangers, kreditur sindikasi awal dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebagai
facility agent. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi