KONTAN.CO.ID - JAKARTA. LinkAja, platform pembayaran pelat merah yang dikelola PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) resmi meluncur setelah ditunda berkali-kali. Meski baru seumur jagung, LinkAja berambisi jadi platform pembayaran nomor satu di Tanah Air. CEO Finarya Danu Wicaksana bilang, beberapa strategi tengah disiapkan Finarya.
Pertama, tentu LinkAja saat ini telah masuk ke segmen ritel, LinkAja dapat digunakan untuk transaksi kebutuhan sehari-hari hingga transaksi di
merchant-nya. Namun Danu mengaku ini tidak akan menjadi fokus Finarya. “Segmen FnB (
food and beverage) seperti itu sebenarnya porsinya sedikit sekali di kami, cuma sekitar 15%. Yang besar justru dari
payment point online bank (PPOB) untuk pembelian pulsa, data, token listrik, hingga bahan bakar,” jelasnya di sela peluncuran LinkAja, Minggu (30/6) di Gelora Bung Karno.
Danu menambahkan, tak seperti kompetitornya, Finarya justru menargetkan agar transaksi LinkAja justru tak terkonsentrasi di kota besar, atau di area metropolitan saja. Melainkan hingga ke pelosok desa sehingga turut meningkatkan inklusi keuangan. Strategi
kedua, Finarya yang akan menyasar segmen transportasi baik publik maupun pribadi. Platform LinkAja bisa digunaan untuk membayar tiker kereta api (commuter line), Light Rapid Transport (LRT), dan Mass Rapid Transport. Sehingga pengguna bisa mudah mengganti mode transportasi publik tanpa mengubah alat pembayarannya. “Sedangkan untuk transportasi pribadi, kami bekerjasama denan Jasa Marga untuk transaksi di tol. Kami nanti akan memproduksi stiker QR Code yang bisa ditempel di mobil pengguna, nanti di gerbang tol, Jasa Marga akan memasan mesin untuk memindai stiker tersebut. Sehingga pengguna tak perlu berhenti di grbang tol untuk melakukan pembayaran, bisa langsung melaju, tapi pastikan saldonya cukup,” kata Danu. Sedangkan strategi
ketiga, LinkAja juga akan masuk ke bisnis remitansi. Hal ini disebutkan Danu lantaran, jumlah pekerja migran Indonesia berjumlah banyak belum dapat terlayani seara optimum oleh jasa pengiriman uang. Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI) Rohan Hafas dalam kesempatan yang sama menjelaskan bisnis remitansi LinkAja akan bekerjasama dengan anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). “Jadi nanti pekerja migran di luar negeri pakai aplikasi LinkAJa yang daftar dengan kartu selular Indonesia bisa memanfaatkan fitur ini. Ia tinggal pakai fitur remitansi di LinkAJa, kemudian penerima uang di Indonesia bisa langsung mengambil uang kirimannya di ATM bank-bank Himbara. Bagi bank tentu ini akan menambah pendapatan komisi kami,” katanya. Selain bisnis remitansi, Danu bilang, LinkAja kelak juga akan bisa digunakan bertransaksi di luar negeri. Sementara transaksi baru bisa dilakukan di Singapura, targetnya kelak transaksi juga bisa dilakukan di Malaysia, Taiwan, dan Hong kong. “Untuk di Singapura kami sudah bekerjasama dengan SIngtel yang punya banyak merchant di sana. Jadi pengguna LinkAja bisa bertransaksi di SIngapura tinggal snap QR Code berlogo VIA yang merupakan platform
cross border payment,” jelas Danu. Dengan beragam strategi tersebut, Danu optimistis pengguna LinkAja akhir tahun ini bisa mencapai 44 juta pengguna. Sedengkan hingga saat ini, ia bilang penggnua LinkAja telah mencapai 22 juta dengan rata-rata nilai transaksi lebih dari Rp 1 miliar per hari. Komposisi saham LinkAja sendiri merupakan transformasi dari uang elektronik milik PT Telkomunikasi Selular (Telkomsel), entitas anak PT Telkomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) bertajuk Tcash. Saat ini pun kepemilikan Finarya masih sepenuhnya dipegang oleh Telkomsel. LinkAja bertransfromasi sejak akhir Februari lalu dengan meleburkan Tcash dan uang elektronik berbasis server milik anggota Himbara: ecash milik PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), Unikqu punya PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI), dan Tbank dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI). Nah para anggota Himbara ini kelak juga akan melakukan penyertaan modal kepada Finarya Hingga kepemilikan Telkomsel berkurang hingga 25% saja. Sedangkan sisanya akan dipegang oleh BRI, Bank Mandiri, dan BNI masing-masing 20%, PT Bank Tabungan Negara Tbk (
BBTN), dan PT Pertamina masing-masing 7%, dan PT Asuransi Jiwasraya 1%. “Pemegang komposisi tetap, namun nanti kami juga akan mengundang lima BUMN lain, AP I, dan AP II, KAI, Jasa Marga, dan Garuda, nanti mereka juga akan masuk,” kata Menteri BUMN Rini Soemarno dalam kesempatan yang sama. Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo bilang, masuknya lima BUMN lain sejatinya akan masuk dalam pendanaan Finarya tahap kedua yang akan dimulai Desember 2019. Nah untuk tahap pertama tetap dengan tujuh pemilik yang pertama,” katanya dalam kesempatan yang sama.
Sebelumnya kepada KONTAN, pria yang akrab disapa Tiko ini bilang, penyertaan modal awal dari ketujuh pemegang saham tersebut mencapai Rp 1,5 triliun, sehingga BRI, Bank Mandiri, BNI misalnya akan menyetor dan masing-masing Rp 300 miliar. Danu menambahkan, sejatinya sebagai perusahaan teknologi ekspansi Finarya memang membutuhkan pendanaan segar secara bertahap. Finarya pun tak menutup kemungkinan akan melakukan pencarian dana di luar BUMN. “lima BUMN tambahan itu hitungannya masih masuk ke series A bersama Bank Himbara dan yang lainnya tadi. Nanti mereka berlima total akan ambil 10% saham. Nah tahun depan pun kami tentu akan mulai fundraising lagi, tentu prioritanya existing shareholder, tapi tidak memuntup kemungkinan dari piak lain,” jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat