KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT OBM Drilchem Tbk resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (8/12). Pada hari perdana perdagangannya, saham berkode
OBMD ini dibuka naik ke level Rp 189, dari harga
initial public offering (IPO) Rp 180 per saham. Bahkan, harganya sempat menyentuh angka Rp 200 per saham. Akan tetapi, harga OBMD kemudian turun ke Rp 170 per saham dan per 09.14 WIB tercatat minus 6,11% ke Rp 169 per saham. Melalui IPO, produsen bahan aditif untuk mencegah kerugian yang terjadi dalam aktivitas pengeboran dengan menggunaan teknologi serat ini melepas 182 juta saham ke publik atau setara 24,86% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Dengan begitu, OBM Drilchem memperoleh dana segar Rp 32,76 miliar.
Wakil Presiden Direktur OBM Drilchem Ivan Alamsyah mengatakan, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, seluruh dana hasil IPO bakal digunakan untuk membeli bahan baku berupa serbuk serat selulosa dan kalsium karbonat. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kontrak-kontrak yang akan diperoleh perusahaan di masa yang akan datang. "Langkah perusahaan melakukan pencatatan pada BEI melalui IPO merupakan langkah strategi perusahaan dalam meningkatkan kapasitas pendanaan perusahaan dan untuk tata kelola yang lebih baik," kata Ivan dalam siaran pers, Rabu (8/12).
Baca Juga: IPO OBM Drilchem, Ada Bonus Waran Untuk Investor yang Berminat Sebagai informasi, perusahaan yang berdiri sejak tahun 1996 ini memproduksi bahan aditif untuk mencegah kerugian yang terjadi dalam aktivitas pengeboran dengan menggunakan teknologi serat. Produk-produk yang dijual oleh perusahaan bertujuan untuk mengurangi waktu non-produktif di site, membantu meningkatkan stabilitas sumur bor, mencegah kehilangan cairan pada sumur bor, mencegah penempelan diferensial, mengurangi torsi dan tarikan yang berlebihan, dan meningkatkan pembersihan lubang. OBM Drilchem juga menawarkan berbagai jenis jasa terkait kegiatan on-site dan off-site, meliputi pembuatan desain proposal teknis dan solusi sesuai dengan jenis sumur masing-masing, menyediakan jasa
engineering dan pelatihan dalam penggunaan produk-produk perusahaan on-site, serta menyediakan jasa
custom design dan produk sesuai dengan kebutuhan masing-masing pelanggan. Untuk ke depannya, Ivan masih sangat optimistis dengan perkembangan usaha OBM Drilchem. Mengingat, pemerintah Indonesia menargetkan dapat memproduksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas sebanyak 12 miliar kaki kubik per hari (BCFD) pada tahun 2030. "Oleh karenanya, kami meyakini akan ada peningkatan permintaan untuk produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Didukung oleh pusat produksi dan fasilitas riset yang berada di daerah Karawang, Jawa Barat yang merupakan kawasan industri strategis untuk distribusi nasional maupun internasional, kami yakin dapat menunjang target pemerintah tersebut," tutur Ivan.
Baca Juga: OJK Merilis Aturan Hak Suara Multipel, Akomodasi Bagi Startup Raksasa Untuk IPO Di samping itu, perusahaan saat ini juga sedang menjalin kerja sama dengan pihak luar negeri untuk penggunaan produk perusahaan di area pengeboran minyak di Timur Tengah dan Eropa Timur. Dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 100%, OBMD juga mendukung penggunaan sumber daya dalam negeri baik bahan baku dan sumber daya manusia untuk kemajuan negara Indonesia.
Asal tahu saja, pada tahun 2020, OBM Drilchem mencatatkan penjualan Rp 59,99 miliar atau turun 4,16% secara
year on year (yoy) dari Rp 62,89 miliar. Dari segi
bottom line, perusahaan ini memperoleh laba komprehensif tahun berjalan setelah pajak sebesar Rp 8,85 miliar alias melesat 114,35% yoy dari Rp 4,13 miliar. Sementara itu, sepanjang sembilan bulan pertama 2021, penjualan OBM Drilchem tumbuh 2,19% yoy, dari Rp 45,87 miliar menjadi Rp 46,88 miliar. Akan tetapi, laba OBM merosot 67,15%, dari Rp 12,75 miliar menjadi Rp 4,19 miliar.
Baca Juga: Inilah 5 miliarder mata uang kripto Bitcoin dunia Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati