KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mendorong peningkatan produksi jagung lokal dari hulu hingga ke hilir. Peningkatan produktivitas jagung lokal dilakukan mulai dari pembukaan lahan baru di sejumlah daerah, intensifikasi, ekstensifikasi, hingga pemasaran. Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, upaya ini menyusul kondisi harga jagung global berada di angka US$ 335 per ton atau setara Rp 5.000 per kilogram. Maka Presiden Joko Widodo mengarahkan agar dilakukan peningkatan produksi, termasuk dengan ekstensifikasi dari lahan yang ada.
Adapun salah satu upaya yang dilakukan dalam ekstensifikasi adalah dengan mendorong bibit
Genetically Modified Organism (GMO) atau hasil rekayasa genetik ataupun hibrida. Airlangga menyebut, peningkatan produksi jagung akan dilakukan di Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara dengan total luas lahan 141.000 hektare dan 86.000 merupakan lahan baru.
Baca Juga: Harga Mahal, Petani Mengeluhkan Pembatasan Distribusi Pupuk Bersubsidi "Dari segi hibrida pemerintah sudah mendorong bibit unggul hibrida jagung yang bisa memproduksi antara 10,6 sampai 13,7 juta ton per hektar. Ada 14 varietas antara lain Pertiwi 3 F1, Bisi, kemudian ada NK Perkasa, ada Singa, ada Bima, ada Dahsyat, ada P36 dan yang lain. Artinya hibrida, ini berbasis hibrida nasional," kata Airlangga dalam konferensi pers, Senin (1/8). Untuk varietas tersebut nantinya Menteri Pertanian akan melakukan perubahan terhadap regulasi terkait dengan GMO. Produksi jagung nasional dengan kadar air 27% diperkirakan sampai akhir tahun bisa mencapai 25 juta ton, sedangkan jagung dengan kadar air 14% setara dengan 18,6 juta ton. "Dengan kebutuhan itu maka produksi feedmill nasional bisa dipenuhi secara nasional, yang kapasitas terpasang memang bisa mencapai 27 juta, namun saat sekarang yang beroperasi itu kebutuhannya sekitar 14 juta. Tentu kita memiliki cadangan jagung sebesar 3 juta," imbuh Airlangga. Airlangga menambahkan, Presiden Jokowi juga mengarahkan agar untuk pengembangan alat mesin pertanian (alsintan) bisa menggunakan kredit dari perbankan. Menteri Pertanian nantinya akan menyiapkan kelompok-kelompok tani untuk mendapatkan kredit usaha kecil dan menengah dari perbankan.
Baca Juga: Melihat Prospek dan Rekomendasi Saham Emiten Sektor Poultry di Paruh Kedua 2022 "KUR yang kemarin itu Rp373 triliun, untuk tahun depan juga kita naikkan menjadi sekitar Rp460 triliun, jadi ruangnya cukup besar untuk mendorong ekstensifikasi dari petani jagung," ungkapnya. Dengan adanya ekstensifikasi dan perluasan lahan baru, diharapkan produksi jagung nasional bisa meningkat sesuai dengan permintaan dan kebutuhan di dalam negeri maupun di luar negeri. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyampaikan, selain tidak lagi impor beras, Pemerintah juga sudah tidak melakukan importasi jagung, kecuali untuk kebutuhan industri. Pasalnya, produksi jagung saat ini berada di atas 18 juta ton melebihi kebutuhan nasional yang berada pada angka 14,7 juta ton.
"Kita sebenarnya
overstock-nya cukup. Tetapi tadi Bapak Menko memberikan penggarisan, kebutuhan nasional menjadi sangat penting. Nanti sesudah kita lihat apa-apa yang memang harus dilakukan, barulah kita berpikir untuk meningkatkan ke langkah-langkah berikutnya, baik ekspor maupun peningkatan kebutuhan industri dalam negeri kita," ujar Syahrul.
Baca Juga: Waspadai Krisis Global, Pemerintah Harus Kawal Komoditas Pangan Strategis Nantinya, budidaya mulai dari varietas yang akan dipakai, lahan intensifikasi dan ekstensifikasi akan dilakukan maksimal. Demikian pula dengan pengawalan pasca budidaya melalui silo dryer dan lain-lain sebagainya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli