Restrukturisasi kredit bank sentuh rekor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody's mengeluarkan riset terbaru yang layak kita cermati. Yakni Banks-Asia-Pacific: Private sector leverage remains a structural challenge for many banking systems.

Dalam risetnya yang dipublikasikan kemarin (28/11). menyebutkan leverage pinjaman ke sektor swasta tetap menjadi tantangan strukturan industri perbankan di Asia Pasifik. Apalagi, beban kredit macet perbankan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan kenaikan di semua bank di dunia.

Dalam risetnya, bank-bank di China dan India memiliki memiliki risiko tertinggi atas kredit ke sektor swasta. Adapun Indonesia di posisi ke tiga, menyusul kemudian Vietnam, Korea dan Hong Kong.


"Kondisi ini menjadi tantangan perbankan lantaran perlambatan ekonomi dan penurunan nilai aset debitur yang cukup dalam," tulis Eugene Tarzimanov, Senior Vice President Moody's dalam rilis laporan yang dipublikasikan kemarin (28/11).

Apalagi, riset ini sejalan dengan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pasca mencabut relaksasi restrukturisasi kredit akhir Agustus lalu, pertumbuhan jumlah kredit bank yang direstrukturisasi terus menanjak.

Data OJK per Oktober 2017, total jumlah restrukturisasi kredit mencapai rekor baru dalam 5 tahun terakhir, yakni di Rp 267,6 triliun, naik 16,8% dari setahun lalu (yoy). Dari segi persentase pertumbuhan masih lebih rendah ketimbang persentase kenaikan restrukturisasi kredit pada September lalu.

"Pertumbuhan kredit yang direstrukturisasi sampai Oktober 16,8%, lebih rendah dibandingkan September yang sebesar 20%," ujar Aslan Lubis, Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis OJK ke KONTAN, Selasa (28/11), Bahkan, Aslan memproyeksi, rasio kredit yang direstrukturisasi dibanding total kredit akan stagnan, atau bahkan turun ke depan.

Hanya, bankir menilai fenomena kenaikan restrukturisasi kredit bukan hal yang luar biasa. "Saat kondisi ekonomi kurang bagus, restrukturisasi debitur merupakan salah satu strategi untuk memulihkan kondisi debitur," ujar Sis Apik, Direktur Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Herry Sidharta, Wakil Direktur Bank Negara Indonesia (BNI) menambahkan, mayoritas kredit yang direstrukturisasi BNI di segmen manufaktur, perdagangan, hotel, dan restoran. Namun, "Restrukturisasi kedit lebih banyak diberikan ke debitur yang masih punya kolektabilitas lancar," beber Herry.

Bank Mandiri mencatat, debitur yang menjalani restrukturisasi mayoritas berasal dari sektor industri dan perdangangan logam, transportasi air, dan industri plastik dan serat buatan.

Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri bilang, Bank Mandiri menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan kualitas kredit restrukturisasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini